ANOMALI CUACA : Ini Penyebab Wilayah Jatim Masih Diguyur Hujan

ANOMALI CUACA : Ini Penyebab Wilayah Jatim Masih Diguyur Hujan Ilustrasi hujan (wallconvert.com)

    Anomali cuaca menyebabkan wilayah Jatim masih diguyur hujan kendati sebagian sudah musim kemarau.

    Madiunpos.com, SURABAYA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan anomali suhu permukaan laut yang lebih hangat dari normal telah memicu turunnya hujan di sejumlah tempat belakangan ini.

    "Suhu permukaan perairan saat ini lebih hangat 1,5-2 derajat Celcius, sehingga berdampak atmosfer banyak mengandung uap air yang berpotensi menjadi hujan," kata Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak Surabaya Eko Prasetyo di Surabaya, Selasa (31/5/2016).

    Hal itu diungkapkan Eko menanggapi terjadinya hujan di sejumlah wilayah di Jawa Timur (Jatim), beberapa waktu terakhir ini.

    Dia menambahkan pola angin yang konvergen di wilayah Pulau Jawa karena gangguan tekanan rendah di wilayah barat Sumatra juga memengaruhi kondisi cuaca saat ini.

    Oleh karena itu, meskipun wilayah Jatim yang saat ini 30 persen di antaranya sudah memasuki musim kemarau, tapi terkadang masih diguyur hujan.

    Berdasarkan peta monitoring musim kemarau yang dilakukan jajaran BMKG sebanyak 30 persen wilayah Jatim telah masuk musim kemarau yang tersebar di daerah Tuban, Lamongan, Bojonegoro, Jombang, Nganjuk, Probolinggo, Lumajang, sebagian Situbondo dan Banyuwangi serta selatan Pamekasan.

    Eko berharap masyarakat mencermati fenomena alam jika Agustus, September dan Oktober benar-benar berpeluang terjadi La-Nina maka berdasarkan kecenderungan yang terjadi di Jatim, periode basah di daerah ini akan semakin panjang.

    Sementara terkait dengan angin saat ini, Eko menambahkan, masih didominasi angin dari arah timur tenggara.

    Menurut dia, kecepatan angin di perairan Laut Jawa sekitar 40 kilometer per jam dengan tinggi gelombang 1,5-2,5 meter, sedangkan di selatan Jatim kecepatan angin lebih dari 55 kilometer per jam dengan tinggi gelombang lebih dari 4 meter.



    Editor : Rohmah Ermawati

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.