Aturan One Gate untuk Tekan Kasus Covid-19 di Madiun Dikritik

Pemerintah Kabupaten Madiun menerapkan sistem One Gate atau satu pintu bagi akses keluar masuk warga di kampung-kampung.

Aturan One Gate untuk Tekan Kasus Covid-19 di Madiun Dikritik Salah satu akses masuk di Desa Purworejo, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun ditutup, Kamis (4/2/2021). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Pemerintah Kabupaten Madiun menerapkan sistem One Gate atau satu pintu bagi akses keluar masuk warga di kampung-kampung. Cara ini diharapkan bisa menekan angka peningkatan kasus positif Covid-19 di wilayah tersebut.

    Pantauan Madiunpos.com di sejumlah desa, Kamis (4/2/2021), akses jalan masuk ke kampung-kampung ditutup. Warga pun menggunakan berbagai benda untuk menutup akses jalan kampung, seperti bambu, besi, kursi panjang, dan lainnya. Sedangkan di beberapa jalan kampung dijaga oleh warga. Saat ada warga yang masuk akan diperiksa suhu badannya.

    Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Madiun, Mashudi, mengatakan penerapan sistem One Gate dilakukan di desa-desa sejak 1 Februari lalu. Jadi, akses desa dipusatkan di satu jalan saja. Sedangkan akses jalan desa yang lain ditutup. Sehingga aktivitas keluar masuk warga bisa terkontrol.

    Ngeri, Ibu dan Anak yang Tertabrak KA Jayakarta Terpental Hingga 70 Meter

    “Selain itu, posko Covid-19 di tingkat kelurahan dan desa pun dioptimalkan lagi,” kata Mashudi.

    Dengan sistem One Gate ini, diharapkan bisa menekan angka penularan Covid-19. Karena saat ini tren penularan ada di tingkat keluarga atau klaster keluarga.

    Kebijakan penerapan sistem One Gate  ini pun mendapat kritikan dari masyarakat. Seperti warga bernama Slamet, seorang penjual es keliling di Madiun. Dia mengaku kebijakan One Gate ini hanya membuat susah masyarakat.

    1 Rumah di Madiun Tertimpa Tanah Longsor, Penghuni Mengungsi di Rumah Tetangga

    Dia mengaku sejak diberlakukannya sistem satu pintu masuk ke desa membuat penghasilannya merosot drastis. Biasanya dalam sehari bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp100.000, tetapi sejak ada aturan One Gate hanya bisa mendapatkan Rp50.000.

    “Sejak ada penutupan jalan-jalan itu memang pergerakan ke kampung jadi susah. Bahkan dagangan saya sempat tidak laku,” ujarnya.

    Warga lainnya, Ririn mengatakan aturan One Gate membuat aktivitas warga terganggu. Hal itu karena warga harus berjalan memutar ketika ada akses jalan yang ditutup.

    “Saya pikir tidak ada hubungannya antara menutup akses jalan dengan penurunan jumlah kasus positif. Seharusnya pemeirntah lebih memperbanyak tasting terhadap kontak erat pasien positif, sehingga bisa terdeteksi penularannya,” jelas warga Kecamatan Wungu ini.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.