CAGAR BUDAYA BOJONEGORO : Tak Libatkan Lembaga Arkeologi, Bojonegoro Ingin Manfaatkan Kubur Batu

CAGAR BUDAYA BOJONEGORO : Tak Libatkan Lembaga Arkeologi, Bojonegoro Ingin Manfaatkan Kubur Batu Situs Megalitikum yang diduga merupakan sarkofagus atau kubur batu di Bojonegoro. (JIBI/Solopos/Antara/Slamet Agus Sudarmojo)

    Cagar budaya Bojonegoro berupa sarkofagus atau kubur batu bakal dikembangkan menjadi objek wisata edukasi.

    Madiunpos.com, BOJONEGORO — Situs cagar budaya yang diduga berasal dari masa Bary Besar atau Megalitikum berisi sarkofagus atau kubur batu di Kecamatan Kedewan, Malo dan Trucuk, di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur akan dikembangkan menjadi objek wisata edukasi. Rancangan pemanfaatan benda cagar budaya itu disusun tanpa melibatkan lembaga penelitian arkeologi ataupun lembaga pelestarian benda purbakala.

    Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro Amir Syahid mengatakan pengembangan lokasi kubur-kubur batu itu menjadi objek wisata diharapkan membuat situs cagar budaya Megalitikum itu menarik wisatawan. Menurut Amir Syahid, objek wisata edukasi itu bahkan bisa menarik wisatawan mancanegara. “Selain berekreasi, sekaligus melakukan penelitian,” terangnya.

    Lokasi kubur batu di daerahnya itu, lanjut dia, hampir semuanya berada di kawasan hutan jati yang termasuk dalam wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Parengan, Tuban. "KPH Parengan, Tuban, yang memiliki wilayah kawasan hutan jati di Bojonegoro, sepakat makam kubur batu dikembangkan sebagai objek wisata edukasi," katanya, Jumat (29/1/2016).

    Saat ini, menurutnya dia, Tim Ahli Arkeologi Indonesia (AAI) Komisariat Daerah (Komda) Jawa Timur sedang memetakan kubur batu di kawasan hutan jati di daerahnya. "Tim Ahli AAI Komda Jawa Timur, yang melakukan survei memastikan kubur batu di daerah kami masuk zaman Megalitikum," katanya.

    Tak Libatkan BP3
    Tak dijelaskan Amir Syahid alasan tidak dilibatkannya lembaga penelitian arkeologi seperti Balai Arkeologi atau lembaga pelestarian cagar budaya seperti Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) dalam perencanaan pengembangan situs arkeologi tersebut menjadi objek wisata. Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) hanyalah organisasi profesi dan tidak berwenang melakukan penelitian maupun pelestarian situs ataupun benda cagar budaya.

    Amir Syahid hanya memastikan penelitian bukan hanya dilakukan terhadap kubur batu di Desa Kawengan, Kecamatan Kedewan, tetapi juga kubur batu temuan baru di Desa Kanten, Kecamatan Trucuk. Di kedua situs itu, menurut dia rata-rata terdapat 10-15 kubur batu. Di satu kawasan ada yang mengelompok lima kubur batu, tapi ada juga yang menyendiri hanya satu kubur batu.

    Sesuai data sementara, panjang kubur batu di daerah setempat rata-rata 2,20 meter, lebar 0,80 meter, dan berkedalaman 0,60 meter. "Sesuai hasil penelitian bahwa kubur batu di Desa Tanggir, masih lengkap ada isi jenasah manusianya, juga bekal kubur," ucapnya.

    Tak Ilmiah
    Di samping mengulas benda cagar budaya itu secara ilmiah, Kepala Disbudpar Kabupaten Bojonegoro Amir Syahid sebagaimana dipublikasikan Kantor Berita Antara mengulas juga keberadaan temuan arkeologis itu secara mistis berlandaskan cerita rakyat.

    Menurut Amir Syahid, makam kubur batu di Desa Tanggir, Kecamatan Malo itu, masih ada kaitannya dengan "wong kalang" yang pernah hidup di kawasan hutan Bojonegoro pada zaman prasejarah. "Di zaman kerajaan ‘wong kalang’ merupakan petugas karyawan kehutanan yang ditempatkan di kawasan hutan," kisahnya seolah-olah mengetahui benar perilaku manusia masa prasejarah.

     

    KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya
    KLIK di sini untuk mengintip Kabar Sragen Terlengkap



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.