Gulung Tikar Akibat Covid-19, UMKM di Madiun Beralih Produksi APD

Rumah produksi suvenir tas di Kota Madiun merumahkan seluruh karyawannya akibat pandemi Covid-19.

Gulung Tikar Akibat Covid-19, UMKM di Madiun Beralih Produksi APD Pemilik industri kecil suvenir tas, Elisa Candra Kartikawati, mencoba baju hazmat produksinya, Kamis (25/6/2020). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Rumah produksi suvenir tas di Kota Madiun merumahkan seluruh karyawannya akibat pandemi Covid-19. UMKM suvenir tas tersebut kembali bangkit dengan memproduksi baju hazmat dan alat pelindung diri (APD).

    Sejak pandemi Covid-19 muncul pada Februari 2020, sejumlah tempat wisata di Pulau Bali dan Yogyakarta mulai tutup. Sejak saat itu, toko-toko suvenir di dua daerah pariwisata tersebut pun semuanya tutup.

    Ribuan suvenir tas yang sudah dipesan pun tidak bisa terkirim dan kini hanya teronggok di gudang. Sejak saat itu rumah produksi suvenir tas yang berada di Jl. Mojo No. 8, Kelurahan Taman, Kecamatan Taman, Kota Madiun tersebut pun menutup seluruh produksi. Karena memang sudah tidak ada pesanan. Sedangkan seluruh pekerja di rumah produksi itu dirumahkan.

    Usai Wisata Kuliner di Surabaya, Suami dan Istri di Madiun Positif Covid-19

    Pemilik rumah produksi suvenir tas tersebut, Elisa Candra Kartikawati, mengatakan sejak ada pandemi lima orang karyawan dirumahkan semua karena memang tidak ada pekerjaan.

    “Produksi kita berhenti total. Penjahit semua dirumahkan. Sama sekali tidak ada pemasukan,” kata dia, Kamis (25/6/2020).

    Elisa mulai berpikir ulang untuk mencari pemasukan lain dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Hingga akhirnya, ia menemukan potensi bisnis baru yaitu dengan memproduksi APD seperti baju hazmat.

    Dengan cepat, perempuan yang sudah bergerak di bidang suvenir tas sejak 2008 itu mencoba membuat baju hazmat yang sesuai standar. Setelah mampu membuatnya, ia pun segera memasarkannya.

    Pemuda 23 Tahun asal Jombang Sukses Olah Kartu Seluler Bekas, Omzet Rp9 Juta/Bulan

    Pesanan pertama didapatkannya dari Pemerintah Yogyakarta sebanyak 1.000 APD. Namun, setelah itu harga APD pun hancur karena banyak pemainnya. Ia pun beralih untuk memproduksi APD lainnya.

    “Saya kemudian mendapatkan pesanan dari Puskesmas Oro-Oro Ombo,” ujar dia.

    Dengan sudah dimulainya produksi itu, ia pun kembali memanggil dua orang karyawannya untuk membantu memproduksi APD. Dalam empat hari, ia mampu membuat APD lengkap sebanyak 400 unit. Ia memasarkan produknya itu di daerah sekitar.

    “Kalau saya kan memang sudah mempunyai alat produksinya ya. Jadi tinggal memproduksi dan menjualnya. Sekarang ya sudah lumayan,” ujar Elisa.

     



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.