Jadi Korban PHK Saat Covid-19, Pasutri Muda di Madiun Ini Bangkit dengan Keripik Gedebok Pisang (Bagian 1)
Seorang pria di Kota Madiun berhasil mengubah gedebok pisang menjadi makanan yang renyah dan bernilai ekonomi tinggi.

Madiunpos.com, MADIUN -- Seorang pria di Kota Madiun berhasil mengubah gedebok pisang menjadi makanan yang renyah dan bernilai ekonomi tinggi. Saat ini, kripik gedebok pisang kreasinya itu sudah dipasarkan hingga Hongkong.
Pria itu bernama Robi Priya, 23, warga Jl. Puspowarno No. 32, RT 011/RW 004, Kelurahan Sogaten, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, Jawa Timur.
Sebelum memulai usahanya itu, Robi merupakan salah satu korban pemutusan hubungan kerja (PHK) di salah satu perusahaan yang ada di Kota Madiun. Pandemi Covid-19 benar-benar membuat hidupnya sempat frustasi.
Terbatas! Guru dan Nakes di Madiun Bisa Dapat Voucher Tiket KA Gratis, Ini Caranya
Saat ditemui di rumahnya, Sabtu (7/11/2020), dia bercerita dirinyaa diberhentikan dari pekerjaannya sejak Juli lalu. Setelah itu, Robi mengaku hidupnya kacau dan penuh kebingungan. Terlebih pada bulan Agustus, ia berencana menikahi kekasihnya bernama Niswatul Khoiroh.
Robi sempat menyebar lamaran pekerjaan di belasan perusahaan. Namun, usahanya itu tiada hasil. Tak ada satu pun perusahaan yang memanggilnya.
“Agustus, saya memberanikan untuk menikah [dengan Niswatul Khoiroh]. Karena memang sudah direncanakan. Jadi saat itu benar-benar saya sedang nganggur. Tidak tahu besok mau kerja apa,” ujarnya.
Istrinya yang saat itu masih bekerja sebagai salah satu admin online shope di wilayah Gorang Gareng, Kabupaten Magetan, menjadi satu-satunya tumpuan. Tetapi, nasib baik belum memihak pasangan suami istri muda ini. Sebulan setelah menikah, istrinya kemudian menjadi korban PHK. Online shope tempat kerja istrinya mengurangi karyawan karena selama pandemi orderan juga sangat sedikit.
Tidak mau terus berlarut dalam kesedihan, Robi kemudian mencoba peruntungan dengan berjualan jajanan pentol keliling. Bermodal sekitar Rp1,5 juta, ia membeli gerobak untuk berjualan pentol.
Pulang dari Malang, Satu Keluarga di Ponorogo Positif Covid-19
Lagi-lagi nasib baik belum menghampirinya. Ia hanya menjalankan usaha berjualan pentol itu sepekan saja. Setelah itu, gerobak tersebut hanya teronggok di depan rumah.
“Saya berjualan pentol cuma sepekan. Karena tidak ada yang beli. Sangat sepi. Sehari biasanya bisa dapat uang cuma Rp50.000 sampai Rp100.000. Itu buat modal produksi pentol tidak cukup. Saya juga sering membuang pentol yang tidak laku. Karena terus merugi, akhirnya saya putuskan untuk berhenti berjualan,” kata Robi.
Editor : Abdul Jalil
Baca Juga
- Baru Lahir, Bayi di Blitar Ditinggal Ibu dan Kakek yang Meninggal karena Covid-19
- Picu Kerumunan, 4 Penyelenggara Gobak Sodor di Bondowoso Ditangkap
- IDI Berduka Lagi, Dokter RSAL Surabaya Meninggal Terpapar Covid-19
- Vaksinasi Dimulai, Inilah Beberapa Fakta Cara Kerja Vaksin Sinovac
- Kepala Dinas PUPR Kediri Meninggal setelah Berjuang Melawan Covid-19
- Waduh! Tingkat Kematian Covid-19 di Kabupaten Blitar Lampaui Nasional
- Inspiratif, Siswa SD di Madiun Manfaatkan Limbah Cangkang Telur jadi Pupuk
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.