Kelompok Santri Tani Milenial, Upaya Regenerasi Petani di Jombang (Bagian II)

Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM) kemudian dijadikan sebagai sebuah pilot project dalam sistem pertanian terpadu atau integrated farming system.

Kelompok Santri Tani Milenial, Upaya Regenerasi Petani di Jombang (Bagian II) Seorang santeri perempuan Pondok Pesantren Fathul Ulum, Desa Puton, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sedang menebar pakan di kolam ikan lele yang ada di lingkungan pondok, Kamis (24/12/2020). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, JOMBANG -- Dalam perkembangannya, Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM) kemudian dijadikan sebagai sebuah pilot project dalam sistem pertanian terpadu atau integrated farming system. Sistem ini ingin menciptakan pertanian berkelanjutan dan meminimalisir pembuangan limbah.

    Sistem pertanian terpadu ini ternyata berhasil diterapkan di KSTM Ponpes Fathul Ulum, Kabupaten Jombang.

    Pola pertanian terpadu ini, Rizki mencontohkan dari kotoran sapi, kambing, dan bebek bisa dijadikan media perkembangan cacing dan maggot. Setelah cacing dan maggot tumbuh besar bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pakan ikan.

    Sedangkan media perkembangan cacing dan maggot bisa dimanfaatkan menjadi pupuk untuk tanaman. Sehingga seluruh komponen dalam hasil dan media perkembangan maggot bisa dimanfaatkan serta tidak perlu dibuang.

    Kelompok Santri Tani Milenial, Upaya Regenerasi Petani di Jombang (Bagian 1)

    Air kolam ikan bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman di ladang. Sehingga proses penggantian air tidak dibuang sia-sia. Saat musim panen tanaman, daun-daunan dari tanaman hortikultura bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi dan kambing.

    Selain pola terintegrasi di sektor hulu, Rizki juga merancang pola terintegrasi di sektor hilir. Sehingga hasil panen bisa terdistribusi langsung ke pelaku usaha lain maupun konsumen. Hal ini untuk memutus panjangnya rantai distribusi hasil panen.

    “Semisal untuk bebek, biasanya kalau panen banyak bakul rengkek atau pedagang yang datang ke sini untuk mengambil bebek itu. Kemudian pedagang itu baru melemparnya ke rumah potong. Bisa dihitung marginnya sekitar Rp2.000 per kg. Sekarang hasil panen bisa langsung dijual ke rumah potong, sehingga ini memutus mata rantai distribusi,” jelasnya.

    Pakai Jebakan Tikus Listrik Lagi, Petani di Ngawi Siap Dipenjara

    Begitu juga untuk hasil panen sayuran bisa langsung dijual kepada pembeli melalui koperasi pondok.

    KSTM mengembangkan empat bidang usaha yaitu pertanian, peternakan, perikanan, dan lingkungan.

    Tidak hanya diajari untuk berbisnis saja, tetapi para santri yang tergabung dalam KSTM ini juga dilatih investasi sosial. Seperti saat ini, mereka sedang mengerjakan pembibitan pohon sengon sekitar 210.000 bibit. Nantinya bibit ini diberikan kepada masyarakat secara gratis. Ini merupakan salah satu investasi para santri terhadap lingkungan.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.