Kisah tragis, seorang pemuda yatim merawat ibunya yang kena kanker otak dan adiknya yang mengidap polio.
Madiunpos.com, PONOROGO -- Cobaan hidup yang dihadapi Arif Pujiono, pemuda yatim berusia 23 tahun asal Desa Pupus, Kecamatan Ngebel, Ponorogo, sungguh berat.
Sejak ayahnya meninggal pada 2008 silam, Arif menjadi kepala rumah tangga yang harus menanggung hidup ibu dan adiknya. Tak cukup sampai di situ, ibunya mengidap kanker otak sementara adiknya mengidap polio.
Mereka bertiga tinggal di rumah berdinding kayu dan sebagian tembok di RT 001/RW 002, Dusun Prumbon, Desa Pupus, Kecamatan Ngebel. Madiunpos.com yang datang ke rumah itu, Kamis (19/1/2017) siang, disambut tatapan kosong Rumiyatun, 43, ibunda Arif.
Tak lama kemudian, Arif membuka pintu menyambut Madiunpos.com. "Mata ibu agak terganggu, jadi penglihatannya kabur dan tidak bisa melihat dengan jelas," kata Arif.
Arif menceritakan di keluarganya ia menjadi tulang punggung bagi ibunya, Rumiyatun, dan adiknya, Aldi Prasetyo, 16, yang hanya bisa tiduran di tempat tidur karena mengidap penyakit polio. Saat ayahnya meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas pada 2008, Arif baru masuk di Madrasah Aliah Sakti, Ngebel.
Saat itu, perekonomian keluarganya terganggu dan ibunya harus banting tulang untuk membiayai sekolah Arif dan biaya hidup adiknya. Arif pun ikut membantu ibunya dengan mencari rumput sepulang sekolah.
Dia menuturkan sejak lahir adiknya, Aldi Prasetyo, mengidap polio. Selama 16 tahun, Aldi hanya berbaring di tempat tidur dan tidak bisa beraktivitas selayaknya anak seusianya.
Aldi sempat dibawa ke rumah sakit dan pengobatan tradisional hingga berusia 10 tahun. Namun, karena tidak ada perkembangan, pengobatannya dihentikan.
"Adik saya tidak bisa ke mana-mana. Hanya bisa tidur di tempat tidur, makan juga harus disuapi," jelas dia.
Pada akhir 2016, Rumiyatun divonis kanker otak dan pada Desember 2016, Rumiyatun menjalani operasi di bagian kepalanya. Hingga kini, setiap pekan Rumiyatun harus menjalani pemerikasaan di RSUD dr. Soedono, Madiun.
Karena penyakit yang diderita ibunya, kini Arif menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga itu. Dalam memenuhi kebutuhannya, Arif bekerja sebagai buruh tambang pasir di wilayah Kecamatan Pulung dengan penghasilan Rp50.000 per hari.
Setiap hari, Arif bekerja menjadi buruh tambang pasir mulai pukul 06.00 WIB hingga 15.00 WIB. Setelah selesai menambang pasir, Arif beristirahat sebentar dan melanjutkan dengan mencari rumput untuk kambingnya.
"Saya punya empat ekor kambing. Setiap sore cari rumput untuk kambing-kambing itu," ujar Arif.
Penghasilan Arif yang pas-pasan habis untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya. Selain memenuhi kebutuhan hidup ibu dan adiknya itu, Arif juga memenuhi kebutuhan hidup neneknya yang juga tinggal bersamanya di rumah itu.
Di usianya yang masih muda, Arif tidak bisa menikmati hidup layaknya pemuda seumurannya. Setiap saat Arif harus merawat dan menyiapkan makanan ibu dan adiknya. Dia mengaku hanya punya waktu satu jam sehari untuk beraktivitas dengan teman-temannya.
"Saya sangat sayang mereka. Mereka keluarga saya," kata dia.
Madiunpos.com, JAKARTA — PT Pegadaian bersama PT Permodalan Nasional Madani (PNM), dua entitas dalam holding… Read More
Madiunpos, LHOKSEUMAWE — Pegadaian Syariah meluncurkan program sosial-ekonomi bertajuk Kota Islami Lhokseumawe Amanah untuk Ekonomi… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian mencatatkan pencapaian monumental dalam perjalanan transformasi digitalnya dengan berhasil membukukan… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA - Dalam rangka memeriahkan HUT Ke-498 Jakarta, Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar PRJ… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – Bagi yang akrab dengan dunia investasi, tentu sudah tidak asing dengan Tabungan… Read More
Esposin, JAKARTA – PT Pegadaian memborong dua penghargaan pada malam penganugerahan Innovative Future Finance Awards… Read More
This website uses cookies.