Kisah Wartawan Madiunpos.com Penyintas Covid-19: "Di Ruang Isolasi, Saya Belajar Dari Pandemi"

Pasien Covid-19 itu perlu didudukung, bukan dijauhi.

Kisah Wartawan Madiunpos.com Penyintas Covid-19: Salah satu aktivitas para pasien positif Covid-19 di gedung isolasi RSUD Dolopo, Kabupaten Madiun, awal Januari 2021. (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Dunia seakan berhenti berputar saat saya menerima panggilan telepon dari seorang petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun, Rabu (30/12/2020) siang. Saat itu, petugas bilang kalau saya ternyata terpapar Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Petugas itu segera memerintahkan saya supaya isolasi diri. Petugas tracing akan datang ke rumah untuk melakukan pelacakan.

    Saya adalah Abdul Jalil, jurnalis Madiunpos.com bagian dari Solopos Group yang ditugaskan di Madiun Raya. `

    Saat diketahui terpapar Covid-19, istri yang sedang hamil muda pun gelisah dan mengeluarkan emosinya dengan menangis. Anak saya yang masih berusia di bawah tiga tahun terus bermain dengan legonya.

    Sebagai keluarga perantauan di Madiun, menjalani isolasi selama 14 hari tentu akan menjadi hal yang cukup berat. Saya membayangkan akan diisolasi di rumah sakit dan istri serta anak isolasi mandiri di rumah. Dalam benak terbesit pikiran, siapa yang akan memenuhi kebutuhan selama isolasi? Apakah istri dan anak juga ikut terpapar? Bagaimana kalau anak rewel meminta jalan-jalan?

    Perceraian di Ponorogo, Empat Janda Baru per Hari selama 2020

    Begitu kira-kira beberapa persoalan sederhana yang saya pikirkan sebagai kepala rumah tangga. Maka dari itu, sesaat setelah divonis positif Covid-19, saya sempat mengalami tekanan hingga membuat kepala pusing dan demam.

    Petugas tracing pun datang ke rumah dan memberikan beberapa pertanyaan terkait aktivitas saya dalam beberapa hari terakhir. Sebagai seorang wartawan, saya menjawab banyak bertemu orang di berbagai tempat. Saya benar-benar tidak tahu tertular virus ini dari mana.

    Istri dan anak kemudian menjalani rapid test antibodi. Alhamdulillah, hasil keduanya non-reaktif. Saya sedikit lega karena keduanya tidak terjangkit virus ini. Terlebih usia kandungan istri baru menginjak empat bulan.

    Sehari setelahnya, saya dijemput petugas berpakaian APD lengkap dan dibawa ke RSUD Dolopo, Kabupaten Madiun untuk menjalani isolasi di rumah sakit. Sebagai seorang pasien berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG), sebenarnya saya bisa memilih untuk isolasi mandiri di rumah. Tetapi, petugas menyarankan supaya isolasi di rumah sakit dengan pertimbangan ada istri yang sedang hamil muda dan anak balita. Selain itu, di rumah kami hanya ada satu kamar mandi. Dipastikan isolasi mandiri akan sulit dilakukan.

    Saya agak lega karena para tetangga memastikan akan memenuhi kebutuhan hidup istri dan anak selama masa isolasi mandiri di rumah.

    Menghubungi Kawan dan Keluarga

    Ada banyak orang yang terpapar Covid-19 menyembunyikannya dari khalayak. Mereka tidak jujur saat dilacak oleh petugas tracing. Akibatnya persebaran virus semakin meluas. Ada juga orang yang menganggap terpapar Covid-19 ini sebagai sebuah aib, sehingga mereka lebih menyembunyikannya. Mereka takut kalau dikucilkan dari lingkungan.

    Kasus Covid-19 Melonjak, Ruang Isolasi di Kota Madiun Penuh

    Menyembunyikan diri karena terpapar Covid-19 justru akan merugikan diri dan orang yang ada di sekeliling kita. Sejak awal, saya tidak pernah berpikiran akan dijauhi oleh orang setelah terpapar. Meskipun ada yang berpikir seperti itu, saya bersikap tak acuh. Memikirkan hal-hal seperti itu hanya membuat pikiran jadi stres. Kata dokter, stres bisa menjadi salah satu penyebab imun tubuh lemah.

    Biasanya, pasien baru rawan stres karena merasa bersalah. Untuk itu saat masuk di ruang isolasi, biasanya perawat akan meminta pasien supaya tidak perlu menyesal karena terpapar Covid-19. Tidak perlu berpikir terlalu dalam terkait kapan dan di mana kemungkinan terpapar.

    “Tidak perlu dipikirkan terpapar oleh siapa. Yang perlu dilakukan saat ini adalah konsentrasi untuk kesembuhan dan bersikap rileks,” kata seorang perawat kepada saya.

    Saya pun menghubungi pimpinan kantor terkait kondisi terkini. Bukan hanya itu, keluarga dan beberapa teman juga saya kabari melalui WhatsApp.

    Jangan Berlebihan, Ini Efek Samping Minum Kopi Terlalu Banyak

    Menurut saya, psikologis orang sakit itu sedang down sehingga butuh dukungan mental dan moral dari kalangan terdekatnya. Saya sangat senang karena banyak yang mendoakan dan memberi dukungan dalam melawan virus. Setiap hari ada kawan yang menghubungi via telepon maupun video call. Bagi saya, itu penguatan imun secara sederhana yang efektif.

    Jadi, saya tidak lagi berpikir sebagai orang yang didiskriminasikan karena terjangkit Covid-19. Begitu juga istri dan anak di rumah, mereka melakukan isolasi mandiri secara taat. Benar-benar menutup akses dari dunia luar. Untuk kebutuhan hidup disokong oleh para tetangga dan teman.

    Sampai saat ini memang banyak orang terpapar yang menyembunyikan kasusnya dari publik. Entah apa alasannya, yang pasti ketidakjujuran akan menghambat proses tracing dari petugas.

    Ketika ada teman atau tetangga kalian yang terpapar, tolong jangan dikucilkan. Covid-19 bukan penyakit aib. Cukup jauhi penyakitnya, bukan orangnya. Kalau dikucilkan, penderita akan semakin berkecil hati dan justru akan merugikan orang lain.

    Saya teringat ada sebuah klaster di salah satu lembaga pendidikan, gurunya ini tidak jujur saat mengalami sakit. Akibatnya, lembaga pendidikan itu menjadi klaster penularan Covid-19. Para siswanya pun terpapar.

    Perbaikan Imun Tubuh

    Sebagai seorang yang terinfeksi virus corona, hal utama yang dilakukan yakni dengan memperbaiki sistem imun tubuh. Untuk itu, para tenaga kesehatan memberikan berbagai makanan bergizi, buah-buahan, susu, dan beberapa multivitamin kepada setiap pasien Covid-19 di RSUD Dolopo.

    Selain dilarang berpikir berat yang bisa berdampak pada tingkat stres pasien. Makanan bergizi dan syarat protein juga diberikan secara rutin.

    Arsenal 3-0 Newcastle United: Aubameyang Cetak Brace

    “Istirahat yang cukup dan makan makanan bergizi akan membantu proses perbaikan imun tubuh. Ini juga ada multivitamin [berupa tablet] yang harus diminum pasien,” kata seorang nakes yang mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap saat merawat saya.

    Bukan hanya mengonsumsi makanan dan multivitamin, tetapi setiap pasien diberi kesempatan untuk berjemur saat pagi hari. Pintu gedung isolasi biasanya dibuka pada pagi hari. Kemudian puluhan pasien turun ke halaman ruang isolasi dan berjemur. Pada hari-hari tertentu dilakukan senam yang dipandu oleh instruktur.

    Menurut Guru besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Madarina Julia, berjemur di bawah sinar matahri merupakan salah satu cara untuk menjaga imunitas. Tubuh manusia memerlukan sinar matahari untuk membantu memproduksi vitamin D di dalam tubuh. Sinar matahari ini menjadi sumber utama vitamin D alami.

    “Vitamin D punya efek imunomodulator yang bisa memperbaiki sistem imun tubuh,” kata dia yang dikutip dari ugm.ac.id.

    Para pasien juga bisa beraktivitas olahraga di dalam gedung isolasi. Pengelola rumah sakit menyediakan fasilitas alat-alat olahraga seperti treadmill, sepeda statis, hingga papan tenis meja.

    Selain sebagai sarana berolahraga, fasilitas tersebut juga bertujuan untuk memecah kebosanan para pasien.

    Selama berada di ruang isolasi selama dua pekan, saya banyak belajar terkait kebersihan. Saya lebih aware terhadap aspek-aspek protokol kesehatan, seperti mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, dan memakai masker.

    Karena berada di satu tempat dengan pasien Covid-19 dengan tingkat penularan yang berbeda-beda, pasien pun diharapkan bisa menjaga diri masing-masing. Seperti setelah memegang apa pun diwajibkan harus mencuci tangan atau menyemprot tangan dengan hand sanitizer.

    Hal seperti itu secara ketat saya lakukan. Setiap memegang benda apa pun, saya mengusahakan diri untuk mencuci tangan. Sebelum terpapar, saya mungkin termasuk salah satu orang yang ketat terhadap prokes ini. Tetapi, hidup di ruang isolasi memberikan pelajaran yang berbeda, karena virus bisa ada di mana saja.

    Memakai masker. Selama di ruang isolasi, pasien wajib mengenakan masker medis bukan masker kain. Setiap kali berbicara dengan pasien maupun nakes, harus mengenakan masker.

    “Wajib pakai masker. Kalau tidak memakai masker, bisa merugikan diri sendiri maupun pasien lain,” ujar perawat lain.

    Bagi pasien yang sudah lima hari dirawat di ruang isolasi, perawat akan memberikan cara untuk membersihkan hidung dan tenggorokan.

    Untuk membersihkan hidung yaitu dengan metode irigasi. Cara ini dilakukan untuk membersihkan hidung dari kotoran maupun virus yang bersarang di pangkal hidung. Pembersihannya menggunakan larutan garam atau NaCl 0,9%.

    Sedangkan untuk membersihkan tenggorokan bisa berkumur dengan obat kumur. Pembersihan menggunakan obat kumur ini tidak hanya ada di mulut saja, tetapi harus sampai di bagian tenggorokan.

    Saling Menguatkan

    Selama berada di dalam ruang isolasi, saya banyak bertemu dengan pasien lain. Satu pasien dengan pasien lainnya saling menguatkan dan saling memotivasi untuk sembuh. Karena para pasien sadar bahwa di ruang isolasi, mereka memiliki tujuan untuk sembuh.

    “Kita ini termasuk orang-orang yang beruntung. Karena setelah keluar dari sini, kita tidak perlu lagi vaksin,” kata seorang pasien menenangkan diri.

    Memang benar, salah satu orang yang tidak mendapatkan vaksin adalah penyintas Covid-19. Orang yang sudah sembuh dari Covid-19 memiliki antibodi atau kekebalan tubuh yang bisa melawan virus corona.

    Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia, Iris Rengganis, mengatakan penyintas Covid-19 tetap perlu mendapatkan suntikan vaksin Covid-19. Ini karena antibodi yang ada di tubuh penyintas tidak bertahan lama.

    “Antibodi penyintas Covid-19 biasanya sekitar tiga bulan, kurang lebihnya tiga bulan, tidak bertahan lama karena itu bisa reinfeksi,” kata dia yang dikutip dari suara.com.

    Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh dokter dan tenaga kesehatan yang dengan sabar merawat pasien Covid-19. Semoga pandemi ini segera berakhir. Masyarakat supaya lebih patuh terhadap protokol kesehatan.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.