Mau Berolahraga Mengenakan Masker? Perhatikan Hal Sepele namun Penting Ini

Ada hal-hal yang harus diperhatikan saat berolahraga mengenakan masker.

Mau Berolahraga Mengenakan Masker? Perhatikan Hal Sepele namun Penting Ini Ilustrasi. (freepik)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Salah satu upaya meningkatkan kebugaran dan imunitas tubuh adalah degan rutin berolahraga. Di masa pandemi Covid-19, berolahraga menjadi kurang nyaman karena kita harus mengenakan masker untuk mencegah penyebaran virus corona..

    Seperti ditulis detik.com, pertukaran udara tidak semulus ketika tidak menggunakan penutup wajah. Bahkan banyak yang mengaitkannya dengan risiko kematian akibat keracunan karbondioksida (CO2). Bagaimanapun pilihan terbaik di tengah pandemi virus corona yang belum teratasi adalah membatasi aktivitas di luar rumah. Ada banyak pilihan olahraga untuk menjaga kebugaran dan imunitas, yang bisa dilakukan di sekitar rumah tanpa harus repot-repot memikirkan bahaya pakai masker.

    Selain Meningkatkan Pertumbuhan Badan, Ini Segudang Manfaat Daun Kelor

    Tetapi ya namanya bosan, mau bagaimana lagi? Di era new normal seperti saat ini, banyak orang mulai memberanikan diri berolahraga di luar rumah. Perlu tidaknya pakai masker, tentu harus mempertimbangkan banyak faktor.

    1. Jenis masker

    Dalam konteks mencegah penularan Covid-19 di tempat umum, fungsi masker adalah mencegah droplet keluar maupun masuk saluran pernapasan. Jenis masker kain sudah cukup untuk kebutuhan ini, asal dibarengi dengan saling menjaga jarak dan rajin cuci tangan.

    Ada berbagai jenis masker kain dengan tingkat kerapatan berbeda-beda yang tersedia di pasaran. Makin rapat pori-pori dan lapisan filternya, makin tidak nyaman untuk bernapas. Untuk berolahraga, lebih aman menggunakan jenis masker yang pori-porinya besar agar tidak sesak napas.

    Pengen Soto Pacitan Tapi Enggak Bisa Ke Mana-Mana? Yuk Coba Buat Sendiri di Rumah

    Pori-pori besar juga berarti kemampuan filtrasinya lebih buruk. Karenanya, dianjurkan untuk tetap jaga jarak dan sebisa mungkin menjauhi keramaian.

    Ilustrasi. (freepik)

    2. Durasi olahraga

    Risiko kekurangan oksigen atau hipoksia sebenarnya lebih banyak dialami oleh para tenaga kesehatan yang menggunakan masker seharian penuh saat berada di rumah sakit. Jenis maskernya pun lebih rapat, yakni masker bedah atau bahkan N95.

    Gejalanya yang umum dirasakan antara lain sesak, pusing, dan lemas. Jangankan untuk melakukan aktivitas fisik yang berat seperti olahraga, kondisi ini kadang menyulitkan para dokter saat melayani konseling untuk para pasien.

    "Namun, tidak semudah itu kondisi ini menjadi hiperkarbia atau hiperkapnia yang mematikan," kata dr Vito A Damay, SpJP, dokter jantung dari Siloam Hospital.

    Wuih Canggih! Helm TNI Mampu Deteksi Suhu Tubuh Jarak 10 Meter

    Dengan durasi lebih singkat dan jenis masker yang lebih longgar, risiko hypercapnia atau meningkatnya karbondioksida dalam darah saat berolahraga seharusnya lebih minimal.

    3. Intensitas dan kemampuan fisik

    Makin tinggi intensitas olahraga, makin besar kebutuhan oksigen (O2) untuk pernapasan. Adanya masker yang menutupi wajah akan menghambat masuknya oksigen, apalagi saat mulai basah oleh keringat. Ini akan ditandai dengan denyut jantung yang lebih tinggi dari biasanya.

    Bagaimana mengatasinya? Untuk jangka pendek, turunkan intensitas menjadi ringan hingga sedang, ditandai dengan masih bisa berbicara sambil olahraga. Untuk kebutuhan menjaga kebugaran, olahraga dengan intensitas terlalu tinggi justru memberikan efek negatif terhadap imunitas.

    Untuk jangka panjang, kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan oksigen yang terbatas sebenarnya bisa dilatih. Bahkan, ada masker khusus yang memang dipakai untuk melatih kemampuan tersebut. Tapi itu bukan jenis masker yang biasa dipakai sehari-hari untuk menangkal Covid-19.

    “Tsunami” di Danau Kawah Ijen, 1 Penambang Belerang Hilang

    "Tidak dianjurkan untuk digunakan tanpa pengawasan dan tujuan yang terukur (dalam latihan)," pesan dr Vito.

    4. Kondisi lingkungan

    Di tempat terbuka, risiko penularan penyakit sebenarnya relatif lebih kecil dibanding dalam ruangan dengan sirkulasi udara terbatas. Karenanya, melepas masker pada situasi tertentu untuk mengurangi risiko sesak napas, sebenarnya sah-sah saja dilakukan saat olahraga.

    "Kalau Anda bisa olahraga di tempat sepi dan tidak ada orang lain, Anda bisa lepas sementara masker itu. Nanti dipakai lagi kalau ada orang dalam radius 2 meter di dekat Anda," kata dr. Vito.

    Makanan Unik, Mencicipi Ramen Jangkrik di Tokyo

    Mengenakan kembali masker saat berpapasan dengan orang lain tidak hanya untuk mencegah penularan. Ini juga sekaligus untuk saling mengingatkan bahwa ancaman Covid-19 belum berakhir. Dan, pakai masker sebagai bagian dari  new normal perlu menjadi kebiasaan sehari-hari sebagaimana halnya cuci tangan dan jaga jarak.

    5. Riwayat kesehatan

    Kematian mendadak saat olahraga, terutama pada usia muda, sebenarnya paling banyak disebabkan oleh gangguan jantung. Dengan atau tanpa masker, intensitas yang tinggi saat berolahraga bisa menjadi trigger atau pemicu serangan jantung yang mematikan. Masker, karena membatasi asupan oksigen, bisa meningkatkan risiko tersebut.

    Tidak hanya saat olahraga, penggunaan masker yang terlalu rapat dalam keseharian juga perlu diwaspadai pada orang-orang dengan gangguan pernapasan seperti penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) maupun asma. Jika memiliki riwayat sakit jantung, sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter soal penggunaan masker.



    Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.