Mengenal Keduk Beji, Tradisi dari Ngawi Untuk Tolak Bala
Masyarakat Ngawi terjun ke sendang untuk tolak bala di Tradisi Keduk Beji.
Madiunpos.com, NGAWI – Setiap daerah di Indonesia memiliki budaya dan tradisinya masing-masing. Lebih-lebih tradisi yang dimiliki setiap daerah memiliki keunikannya tersendiri.
Begitu pula di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini memiliki tradisi bernama Keduk Beji.
Tradisi Keduk Beji tepatnya dimiliki oleh warga Desa Dero, Kecamatan Bringin. Tradisi ini sudah dilakukan bertahun-tahun oleh masyarakat setempat. Masyarakat pun percaya bahwa tradisi ini dapat menolak bala atau petaka.
Di tengah pandemi ini, masyarakat Desa Dero pun tetap melakukan tradisi tahunan tersebut pada Senin (13/7/2020) lalu. Untuk mengawali tradisi ini, masyarakat melakukan bersih desa, bersedekah, tumpengan, serta tahlilan di pendapa Kantor Desa Dero. Kemudian diadakan tirakatan pada malam harinya di mata air yang oleh penduduk setempat disebut sendang atau beji.
Tradisi berlanjut hingga keesokan harinya. Warga akan melompat ke Sendang Beji secara bergantian. Hal ini bertujuan untuk membersihkan kotoran di dalam tubuh dengan air sendang atau beji yang artinya mata air. Momen ini yang ditunggu-tunggu masyarakat Desa Dero dan sekitarnya.
Mereka ingin melihat keseruan tradisi Keduk Beji yang melibatkan banyak orang untuk jlok-jlokan atau lomba melompat ke dalam beji. Mereka melompat bergantian dengan tujuan kotoran yang di dalam bisa keluar dan bisa mengalir lalu beji bisa bersih.
Berbeda dari Tahun Sebelumnya
Kepala Desa Dero, Ariyadi, mengungkapkan dengan tradisi Keduk Beji ini masyarakat berharap air dari beji tetap mengalir dan dapat dimanfaatkan oleh Desa Dero dan sekitarnya.
“Sumber mata air Sendang selama ini digunakan untuk pasokan air bersih warga Desa Dero, Gandong, Suruh dan sekitarnya,” ujarnya, seperti dikutip dari dero.ngawikab.id.
Menurut Ariyadi, pelaksanaan tradisi Keduk Beji tahun ini cukup berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. “Beda dengan tahun kemarin, biasanya setelah siang acara di beji, malamnya tayuban dan di lapangan desa ada pengajian akbar setelah ritual. Tapi dalam masa pandemi ini kita harus mematuhi peraturan pemerintah,” pungkasnya.
Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy
Baca Juga
- Korban Penyekapan Laporkan Bos Rental Motor ke Polsek Ngawi
- Ibu dan Bayi di Ngawi Disekap & Dijadikan ART karena Tak Bayar Utang
- 2 Sopir Meninggal, Begini Kronologi Truk Boks Tabrak Truk Tronton di Tol Solo-Ngawi
- Tragis! Pria Lansia di Ngawi Meninggal Terbakar saat Bersihkan Sampah
- Kebakaran di Gunung Lawu Meluas, 350 Personel Diturunkan
- Bus Pariwisata Ludes Terbakar di Ngawi. Begini Kronologinya
- Sudah Lama Rusak, Jembatan Guyung Ngawi Akhirnya Diperbaiki
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.