NARKOBA TULUNGAGUNG : Distribusi Narkoba Jatim Diatur dari Penjara?

NARKOBA TULUNGAGUNG : Distribusi Narkoba Jatim Diatur dari Penjara? Petugas menggelar barang bukti narkoba jenis dobel L berikut dua tersangka pengedar yang diduga bagian dari jaringan Lembaga Pemasyarakatan Tulungagung di Mapolres Tulungagung, Jawa Timur, Jumat (12/2/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Destyan Sujarwoko)

    Narkoba Tulungagung terkait dengan peredaran narkoba Jatim yang diatur dari lembaga pemasyarakatan.

    Madiunpos.com, TULUNGAGUNG — Polisi menengarai adanya potensi peredaran narkoba jenis pil dobel L dalam jumlah besar ke sejumlah kota di Jawa Timur (lintas Jatim) melalui Kabupaten Tulungagung dengan memanfaatkan jasa ekspedisi kereta api ekonomi Matarmaja jurusan Jakarta-Malang. Terungkap pula bahwa distribsi narkoba Jatim itu diatur dari penjara.

    "Kami menemukan indikasi jalur peredaran antarkota di Jatim, dengan menjadikan Tulungagung sebagai salah satu daerah transit," ungkap Kasat Narkoba Polres Tulungagung AKP Siswanto di Tulungagung, Jumat (12/2/2016).

    Saat berkoordinasi dengan Waka Polres Tulungagung, Kompol Arief Robby, Siswanto menyebut dua kota tujuan peredaran narkoba yang sudah berhasil mereka identifikasi, yakni Mojokerto dan Sidoarjo. Tidak tanggung-tanggung, menurut Siswanto, volume distribusi narkoba yang masuk ke Tulungagung selalu dalam jumlah besar.

    "Sekali kirim dalam bentuk paket melalui jasa ekspedisi bisa mencapai puluhan ribu hingga ratusan ribu. Beberapa indikasi temuan ini sudah kami koordinasikan dengan polsek jajaran," ujarnya.

    Ia mencontohkan, hasil operasi penggerebekan yang dilakukan tim buru sergap pada Jumat pagi berhasil mendapati barang bukti sebanyak 483.000 butir pil dobel L dari dua tersangka kurir yang saat ini mendekam di tahanan Mapolres Tulungagung. Narkoba dalam jumlah besar itu informasinya akan dikirim lagi oleh kedua pelaku ke beberapa pihak pemesan, termasuk jaringan pengedar narkoba luar Tulungagung.

    "Mereka rupanya sudah empat kali ini mengirim paket narkoba menggunakan jasa ekspedisi. Tiga kali usaha mereka lolos dari sergapan petugas, hingga akhirnya hari ini terbongkar," terang Siswanto.

    Ia menjelaskan, dipilihnya media pengiriman ekspedisi kereta api dikarenakan sistem angkutan massal tersebut minim pemeriksaan, sehingga dianggap lebih aman. "Di stasiun-stasiun kereta api kan tidak ada pemeriksaan menggunakan screening seperti X-ray dan semacamnya. Jadi mereka merasa leluasa," ujar Siswanto.

    Terkait dugaan keterlibatan sejumlah pelaku lain yang belum tertangkap, seperti pemesan narkoba serta bandar yang disebut-sebut sebagai seorang narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas IIB Tulungagung, Siswanto maupun Waka Polres Kompol Arief Robby memastikan akan melakukan pengembangan kasus.



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.