Seorang perempuan berusia 63 tahun mampu membuat 30 gerabah jenis kendil per hari.
Madiunpos.com, PONOROGO -- Meski usianya sudah renta, nenek Giyah, 63, tidak pernah menyerah. Ia terus berusaha mencukupi perekonomian keluarganya dengan membuat gerabah. Setiap hari, Giyah bisa menghasilkan 30 gerabah jenis kendil dari kedua tangannya sendiri.
Di rumahnya di RT 001/RW 002, Dusun Krajan, Desa Gombang, Kecamatan Slahung, Ponorogo, itu ratusan gerabah yang sudah jadi maupun setengah jadi tertumpuk rapi. Ratusan gerabah itu menunggu untuk diambil tengkulak dan dijual kembali di pasar.
Ratusan gerabah yang setengah jadi juga menumpuk di dalam rumah dan siap dibakar. Pembakaran ratusan gerabah itu ditunda sebulan karena kondisi cuaca yang sering hujan.
"Kalau musim hujan seperti sekarang ya sulit untuk membakarnya, karena tempat pembakarannya kan di luar," jelas dia kepada Madiunpos.com di rumahnya, Rabu (21/12/2016).
Giyah menuturkan proses produksi gerabah itu paling berat saat pembakaran karena tergantung cuaca. Pada musim kemarau, pembuatan gerabah hingga selesai bisa dilakukan cukup satu hari. Tetapi, saat musim penghujan pembakaran tertunda hingga sebulan.
Untuk memenuhi kebutuhan produksi, selama ini dirinya mengandalkan tanah liat dari Ringinanom, Kecamatan Sambit. Satu pikap tanah liat biasanya seharga Rp250.000. Biasanya bahan baku satu pikap itu bisa untuk membuat seribuan gerabah dengan berbagai ukuran.
Harga kendil besar itu Rp6.000/buah dan kendil kecil Rp2.500/buah. Biasanya setiap bulan para tengkulak mengambil gerabah yang sudah jadi itu lalu dijual ke pasar.
"Keuntungannya saya enggak pernah menghitung. Yang penting bahan baku ada dan saya masih bisa membuat gerabah, ya jalan. Keuntungan saya juga enggak tahu berapa," terang Giyah.
Dia mengaku sudah hampir 50 tahun menjadi pengrajin gerabah. Hasil dari penjualan gerabah itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membiayai sekolah anak-anaknya.
Giyah senang menjalani pekerjaannya ini tanpa ada rasa lelah. Namun, keahliannya sebagai pengrajin gerabah itu tidak diwarisi ketiga anaknya yang kini memilih bekerja di luar negeri atau luar kota sebagai buruh.
"Anak-anak saya tidak mau melanjutkan usaha ini. Padahal sebenarnya kalau ditekuni, usaha ini bisa menghidupi keluarga," ujar dia sambil terus menghaluskan gerabah.
Giyah mengaku sangat mencintai pekerjaannya ini dan menikmatinya. Apalagi, ketika produknya itu bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Madiunpos.com, JAKARTA — PT Pegadaian bersama PT Permodalan Nasional Madani (PNM), dua entitas dalam holding… Read More
Madiunpos, LHOKSEUMAWE — Pegadaian Syariah meluncurkan program sosial-ekonomi bertajuk Kota Islami Lhokseumawe Amanah untuk Ekonomi… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian mencatatkan pencapaian monumental dalam perjalanan transformasi digitalnya dengan berhasil membukukan… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA - Dalam rangka memeriahkan HUT Ke-498 Jakarta, Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar PRJ… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – Bagi yang akrab dengan dunia investasi, tentu sudah tidak asing dengan Tabungan… Read More
Esposin, JAKARTA – PT Pegadaian memborong dua penghargaan pada malam penganugerahan Innovative Future Finance Awards… Read More
This website uses cookies.