Pandemi Covid-19 Bikin Job Pawang Hujan pun Sepi
Menurut Ki Sapu Jagad Tirtomoyo, larangan menggelar acara berdampak pada pekerjaan pawang hujan.
Madiunpos.com, SURABAYA – Larangan menggelar hajatan besar saat pandemi Covid-19 berimbas pada jasa sewa pawang hujan. Mereka mengaku sepi order karena jarang ada event.
Hal ini dialami Widya Swara yang akrab disapa Ki Sapu Jagad Tirtomoyo. Menurut dia, larangan menggelar acara berdampak pada pekerjaan pawang hujan.
"Akhir-akhir ini jarang ada event karena mereka kena aturan pemerintah. Biasanya normal sebulan dua kali. Selama pandemi jarang [dapat job], baru kemarin dapat di Jalan Mayjen Sungkono," ujarnya.
Bejat! Guru di Lamongan Perkosa Murid lalu Rekam dan Sebarkan Foto
Pria yang sudah menggeluti dunia pawang hujan sejak empat tahun lalu itu banyak membantu para event organizer (EO) di Surabaya. Terlebih penyelenggara acara di hotel-hotel.
Guru SMA di kawasan Manyar Sambongan itu mengaku sebelum pandemi banyak disewa untuk mengamankan acara-acara outdoor dari hujan.
"Mulai profesional sejak 2017. Sudah dipercaya EO dan hotel-hotel, yang ngajak mayoritas dari EO-nya," terang pria yang juga menjadi Guru Seni Budaya ini, Rabu (10/2/2021).
440 Hektare Lahan Pertanian Terdampak Erupsi Gunung Raung, Stok Pangan Aman
Kopi Pahit
Ki Sapu Jagad tak mematok mahar besar kepada para pengguna jasanya, hanya Rp600.000. Sedangkan untuk persyaratan lainnya, penyelenggara hanya diminta menyiapkan air mendidih dan kopi pahit.
Menurut Ki Sapu Jagad, kopi pahit sebagai suguhan untuk leluhur. Dia meminta izin agar alam memberikan kemudahan memindah lokasi hujan, maupun memberikan waktu jedah turunnya hujan di area acara.
"Kita maharnya Rp600.000 aja, dan persyaratannya enggak macem-macem. Kalau penyelenggara hanya butuh kopi panas dan kopi pahit, biasanya ya penyelenggara acara hanya mempersiapkan air panas saja di lokasi, untuk menjamu leluhur dengan cara seperti itu," ujar Ki Sapu Jagad.
Terlilit Utang Arisan Online, ART di Malang Curi Harta Majikan
Selain itu, Ki Sapu Jagad biasanya juga meminta mahar jauh-jauh hari. Ini agar alam memberi kemudahan sehingga hujan benar-benar bisa berhenti atau dipindah.
"Biasanya ngasih mahar dulu, kalau dalam dunia keilmuan bahwa alam itu sudah tahu, karena kita menjaga alam, dan tahu 'iya ada si pawang', jadi alam sudah menata sendiri," ujarnya.
Menurutnya, jika mahar yang dibayarkan pada sepekan sebelumnya, maka alam akan menata dengan sendirinya pada waktu yang sudah ditentukan oleh penyelenggara. Hal tersebut karena respons dari permintaan sang pawang.
Ugal-Ugalan! Bus Mira Tabrak Truk Ayam di Madiun, 1 Orang Tewas
Bahkan, dia memberikan jaminan mahar akan dikembalikan seutuhnya jika nanti tak berhasil mengatasi hujan di area yang dijaganya.
Editor : Haryono Wahyudiyanto
Baca Juga
- Puan Maharani Datang, Vaksinasi Covid-19 Dihentikan, dan Warga Kecewa
- Mobil Ringsek Disambar Kereta di Surabaya, Pengemudi Meninggal
- Persebaya Kini Bisa Latihan Lagi di Gelora 10 November Tambaksari
- Ngeri! Member Pusat Kebugaran di Surabaya Ditusuk 17 Kali hingga Pisau Bengkok
- Bersih-Bersih Rumah, Warga di Surabaya Temukan Senjata Laras Panjang dan Pistol
- Ratusan Orang Antar Jenazah Hubert Henry Boomerang ke Permakaman
- Misteri Mayat Perempuan Terbungkus Kasur di Surabaya Terungkap, Pembunuh Suami Sendiri
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.