PROPERTI JATIM : Bisnis Perumahan Diproyeksikan Moncer pada 2016

PROPERTI JATIM : Bisnis Perumahan Diproyeksikan Moncer pada 2016 Ilustrasi perumahan (Rachman/JIBI/Bisnis)

    Properti Jatim, terutama bisnis perumahan, diproyeksikan REI bakal moncer pada 2016.

    Madiunpos.com, MALANG — Bisnis perumahan, terutama rumah bersubsidi dan menengah. Di Malang diproyeksikan moncer pada 2016.

    Ketua DPD Realestat Indonesia (REI) Komisariat Malang Umang Gianto mengatakan permintaan rumah bersubsidi dan menengah terus tumbuh dalam situasi sesulit apa pun karena untuk memenuhi kebutuhan papan masyarakat. “Apalagi pemerintah memberikan berbagai insentif bagi end user dalam bentuk PSU (prasarana, sarana, utilitas) serta kemudahan KPR (kredit pemilikan rakyat,” ujanya di Malang, Selasa (29/12/2015).

    Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat (PUPR) sebelumnya telah melansir rencana menaikkan anggaran untuk subsidi PSU hingga dua kali lipat pada 2016. Subsidi tersebut diberikan kepada pengembang agar mereka tertarik membangun rumah murah bagi kalangan masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR.

    Tahun 2015 lalu, Kementerian PUPR menyediakan subsidi PSU untuk 40.000 unit, sedangkan pada  2016 ditingkatkan dua kali lipat menjadi 80.000. Kementerian PUPR juga menyiapkan dana sebesar Rp12,5 triliun untuk mendukung pembiayaan rumah bersubsidi pada 2016.

    Dana sebesar itu diperuntukkan FLPP senilai Rp9,227 triliun, subsidi selisih bunga Rp2 triliun, dan bantuan uang muka kredit pemilikan rumah (KPR) bersubsidi Rp1,2 triliun. Dengan dana sebesar itu, diharapkan dapat mendukung pembiuayaan untuk 600.000 unit rumah sepanjang 2016.

    Bagi pegawai negeri sipil, kesempatan untuk memiliki rumah semakin besar karena selain memperoleh bantuan uang muka dari pemerintah senilai Rp4 juta, juga bantuan dari Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan (Bapertarum) Pegawai Negeri Sipil dengan nominal yang sama.

    Rumah Bersubsidi
    Menurut Umang, dengan insentif-insentif tersebut maka masyarakat berpenghasilan rendah lebih berkemampuan untuk memiliki rumah bersubsidi. Yang menjadi pertanyaan, apakah rela membangun rumah bersubsidi dan menengah dengan harga di bawah Rp300 juta dengan pertimbangan sulit mendapatkan tanah yang strategis dengan harga yang pas.

    Kecenderunganannya, harga tanah di tempat-tempat strategis kenaikannya tinggi per tahunnnya. Namun dengan pertimbangan bahwa usaha pengembang harus berjalan di tengah situasi yang belum benar-benar membaik, kata dia, maka pilihannya hanya menyediakan rumah bersubsidi, setidaknya rumah menengah. Namun hambatannya berupa tingginya harga bahan-bahan material bangunan seperti pasir dan batu kali meski pasokan di pasar sudah banyak.

    Pasokan dua bahan bangunan tersebut sempat tersendat beberapa pekan pascaterbunuhnya akitivis hidup Salim Kancil, Lumajang. “Tapi agar perusahaan tetap jalan, maka tidak ada pilihan bagi pengembang kecuali membuka proyek perumahan bersubsidi, setidaknya menengah agar tidak sampai ada PHK pekerjanya,” ujarnya.



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.