Terdampak Covid-19, Keluarga Bayi Hidrosefalus di Madiun Belum Tersentuh Bansos Pemerintah

Bayi laki-laki berusia enam bulan di Kota Madiun yang menderita hidrosefalus membutuhkan bantuan pendanaan.

Terdampak Covid-19, Keluarga Bayi Hidrosefalus di Madiun Belum Tersentuh Bansos Pemerintah Bayi laki-laki bernama Elvano Kenzie Mahardika yang menderita hedrosefalus yang tinggal di Kota Madiun, Rabu (3/6/2020). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Bayi laki-laki berusia enam bulan di Kota Madiun yang menderita hidrosefalus membutuhkan bantuan pendanaan. Orang tua bayi tersebut saat ini menganggur karena tempat kerjanya sudah tutup akibat terdampak wabah virus corona.

    Bayi laku-laki bernama Elvano Kenzie Mahardika itu merupakan anak semata wayang dari pasangan Agus Supriyanto dan Yuli Fatmawati. Keluarga kecil ini tinggal di kamar indekos sederhana di Jl. Kemuning Gang 5, Kelurahan Oro-Oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun.

    Bayi malang ini mengalami hidrosefalus sejak lahir pada Desember 2019. Kondisi kepalanya semakin membesar seiring dengan usianya. Elvano sempat menjalani operasi hidrosefalus di RSUD dr. Soedono, Madiun. Tetapi operasi itu tidak banyak membuahkan hasil. Karena nyatanya kepala si bayi tetap membesar.

    Kasihan, Begini Kisah Bayi di Madiun yang Menderita Hidrosefalus dan Butuh Bantuan

    Di tengah kebutuhan yang cukup banyak untuk merawat Elvano, tempat bekerjanya Agus Supriyanto mengalami permasalahan finansial karena pandemi Covid-19 ini. Hingga akhirnya Agus memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai juru masak di warung nasi goreng Hijau Daun di Kota Madiun.

    “Jadi tempat bekerja saya itu mengalami permasalahan finansial saat ada Covid-19. Satu per satu karyawan dipecat. Terus tinggal saya, akhirnya saya juga keluar,” kata Agus saat ditemui Madiunpos.com di kamar indekosnya, Rabu (3/6/2020).

    Dia menuturkan karena wabah corona tidak kunjung reda akhirnya tempat bekerjanya saat ini pun tutup. Sejak Maret lalu, Agus mengaku sudah tidak bekerja lagi dan merawat Elvano yang hanya bisa terbaring di tempat tidur.

    “Saat ini, kesibukan saya ya menjaga Elvano dan sesekali kerja serabutan kalau ada pekerjaan,” ujar pria 29 tahun itu.

    Dishub Kota Madiun Buka Loker Sopir dan Pramugari Bus, Catat Syaratnya!

    Untuk memenuhi kebutuhan hidup, keluarganya hanya bergantung dari pendapatan istri sebagai pekerja harian di tempat jahit rumahan. Penghasilannya tidak tentu. Padahal kebutuhan si bayi terutama susu formula dan diapers harus setiap hari dipenuhi.

    “Elvano ini sejak lahir tidak mau minum ASI. Selain itu juga ASI ibunya juga tidak keluar. Ya selama ini minum susu formula. Susu formula sebesar 400 gram biasanya habis untuk dua sampai tiga hari,” ujarnya.

    Di tengah kondisi yang tidak menentu seperti ini, justru Agus tidak masuk sebagai salah satu penerima bantuan sosial yang ada di Kota Madiun. Dia mengaku selama ini memang tidak terdaftar sebagai warga miskin di Kota Madiun. Sehingga tidak mendapatkan bantuan sosial.

    “Di KTP, saya tercatat sebagai warga Jl. Seroja, Kelurahan Oro-Oro Ombo. Selama wabah corona, saya belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah. Mungkin karena saya tidak terdata,” akunya.

    New Normal Diterapkan, Begini Tanggapan Warga Ponorogo

    Meski tidak mendapatkan bantuan, Agus mengaku tidak banyak berharap. Saat ini yang dibutuhkan adalah jaminan kesehatan bagi putra tercintanya itu. BPJS Kesehatan yang dimilikinya adalah kategori mandiri. Sehingga ia harus membayar premi setiap bulan. Karena mengalami permasalahan ekonomi dan tempat bekerjanya tutup, sejak Maret lalu ia tidak lagi membayarkan premi BPJS Kesehatan miliknya.

    Dengan mandeknya pembayaran premi itu berdampak pada pelayanan kesehatan anaknya. Elvano sebenarnya harus rutin sepekan sekali melakukan kontrol dan pengecekan di rumah sakit. Namun, sejak BPJS Kesehatan miliknya menunggak iuran, kartu itu pun sudah tidak bisa terpakai hingga tunggakan premi dibayar. Jika mau mendapatkan layanan, Elvano masuk ke rumah sakit sebagai pasien umum.

    Lantaran tidak memiliki biaya, akhirnya hampir satu bulan bayi penderita hidrosefalus itu tidak diperiksakan di rumah sakit.

    “Untuk saat ini premi BPJS Kesehatan kami sudah ada yang membayarkan sampai satu tahun oleh donatur. Jadi mulai Jumat besok bisa melakukan kontrol lagi di rumah sakit,” terangnya. Agus hanya berharap anak semata wayangnya itu bisa tertolong.

     

     



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.