Becak Lawu bukanlah becak motor. Namun, yang jelas becak ini mulai tersingkir karena motor.
Madiunpos.com, MAGETAN – Kacamata orang modern tentu akan memandang Becak Lawu, sebutan gerobak yang biasa dipakai di Lereng Gunung Lawu, sebagai kendaraan kuno, berbahaya, tak efektif dan tak efisien. Namun, bagi masyarakat kecil yang hidup di lereng Lawu, khusunya di Plaosan Magetan, kendaraan ini tetap menjadi primadona mereka.
Hanya berbekal kemauan dan nyali tinggi, mereka bisa membuat becak ini dan menyetirnya sendiri. Aktivitas sehari-hari mereka, seperti merumput dan mencari kayu bakar pun tertolong berkat Becak Lawu ini.
“Yang jelas, untuk membuatnya sangat mudah dan murah. Bahan kayu, nyari sendiri. Klaker dan kawat besi bisa mencari di bekas-bekas bangunan,†ujar Sumanto, salah satu warga Plaosan, Magetan saat mengisahkan dirinya membuat Becak Lawu beberapa tahun silam, Senin (5/5/2015).
Sejarah terciptanya Becak Lawu memang sejak puluhan tahun silam. Sejarah itu tak bisa dilepaskan dari kondisi sosial masyarakat lereng Lawu yang hidup sederhana. Selain itu, juga tak bisa dilepaskan dari kondisi geografis wilayah Gunung Lawu yang naik turun. Kondisi itu kemudian melahirkan ide warga setempat untuk membuat transportasi dengan memanfaatkan kontur jalan yang naik menurun.
“Kalau pas mencari rumput dan kayu bakar, Becak Lawu ini ditarik dulu ke atas jalan kaki. Kadang ditarik motor. Tapi, pulangnya langsung menggelinding saja sambil bawa rumput dan kayu,†ujar Sumanto.
Kini, jumlah peminat Becak Lawu memang tak sebanyak dulu. Saat ini, jumlahnya bahkan tak sampai 50-an unit. Itu pun tak saban hari dipakai untuk merumput atau mencari kayu. â€Sekarang banyak yang bikin Becak Kayu untuk balapan. Modelnya mirip mobil F1 itu,†sahut Adi, warga Plaosan lainnya.
Berkurangnya peminta Becak Lawu bisa juga karena tingkat ekonomi dan gengsi warga lereng Lawu kian tinggi. Apalagi, saat ini untuk mendapatkan kendaraan bermotor sangat gampang dengan cara kredit murah meriah.
“Yang jelas, saat ini anak-anak muda sudah enggak ada yang mau mencari rumput dan kayu bakar. Mereka maunya, minta motor. Nggaya-nggayaan. Padahal, orang tuanya mati-matian merumput dan mencari kayu bakar karena harga elpji mahal,†sahut Adi, warga Ploasan Magetan lainnya.
Madiunpos.com, JAKARTA — PT Pegadaian bersama PT Permodalan Nasional Madani (PNM), dua entitas dalam holding… Read More
Madiunpos, LHOKSEUMAWE — Pegadaian Syariah meluncurkan program sosial-ekonomi bertajuk Kota Islami Lhokseumawe Amanah untuk Ekonomi… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian mencatatkan pencapaian monumental dalam perjalanan transformasi digitalnya dengan berhasil membukukan… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA - Dalam rangka memeriahkan HUT Ke-498 Jakarta, Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar PRJ… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – Bagi yang akrab dengan dunia investasi, tentu sudah tidak asing dengan Tabungan… Read More
Esposin, JAKARTA – PT Pegadaian memborong dua penghargaan pada malam penganugerahan Innovative Future Finance Awards… Read More
This website uses cookies.