Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni meluncurkan tiga buku yang berisi tentang budaya Ponorogo, Selasa (17/2/2021). (Istimewa/Pemkab Ponorogo)
Madiunpos.com, PONOROGO -- Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni, meluncurkan tiga buku bertema budaya Ponorogo. Peluncuran tiga buku tersebut sebagai kado terakhir kepemimpinan Ipong menjadi bupati pada periode 2016-2021.
Ketiga buku berbeda judul tersebut secara resmi diluncurkan oleh Ipong di Pringgitan atau Rumah Dinas Ponorogo, Selasa (16/2/2021). Peluncuran buku ini dilakukan satu hari sebelum Ipong selesai masa tugas sebagai bupati. Seperti diketahui masa jabatan Ipong habis pada Rabu (17/2/2021).
Judul tiga buku yang diluncurkan itu adalah Kemilau Reyog Ponorogo, Ponorogo Mantu, serta Simbol dan Makna Ricikan Keris.
Longsor Terjadi saat Anak Sedang Belajar, Begini Kisah Korban Longsor di Gemarang Madiun
Ipong menyampaikan ketiga buku tersebut disusun Pemkab Ponorogo selama tiga tahun terakhir dan baru rampung dikerjakan. Buku-buku tersebut berisi mengenai masalah budaya di Ponorogo.
Buku Kemilau Reyog Ponorogo merupakan kumpulan karya sketsa lukis cat air tentang penampilan kesenian reog dalam berbagai sudut pandang. Buku ini disusun oleh Agus Tomim dan Komunitas Lukis Cat Air Indonesia (Kolcai).
Buku Simbol dan Makna Ricikan Keris merupakan eksplorasi tim dari Pemkab Ponorogo dengan penulis Mpu Totok Brojodiningrat yang membahas berbagai tanda-tanda bahasa serta maknanya.
Buku Ponorogo Mantu ditulis oleh Sutji Hariati yang merupakan seorang ahli rias pengantin di Ponorogo. Buku ini berisi tentang tata cara dan adat pelaksanaan pernikahan sampai busana dengan gaya Ponoragan atau gaya khas Ponorogo. Buku ini merupakan dokumen tertulis tentang tata cara dan gaya busana yang sudah dibakukan oleh Himpunan Rias Pengantin Indonesia (Harpi) pada 2017 setelah sebelumnya dipresentasikan dalam sebuah simulasi secara nyata dan lengkap.
“Selama ini warga kita selalu memakai adat Solo atau Yogya saat menyelenggarakan mantenan. Nak, kemudian saya bersama Bu Sutji dan almarhum Pak Dodi berusaha menggali adat istiadat mantenan Ponorogo. Lalu kita kumpulkan informasi dan 2017 dibakukan,” kata Ipong yang dikutip dari siaran pers Pemkab Ponorogo.
Ipong menyampaikan buku-buku tersebut dicetak secara terbatas ini belum akan dijual bebas. Tetapi, buku tersebut akan didistribusikan ke perpustakaan-perpustakaan sekolah di Ponorogo, pegiat seni budaya, dan pelaku adat pernikahan. Selain itu, buku tersebut akan dikirim ke keduataan besar Indonesia di seluruh dunia. Hal ini supaya warga Ponorogo yang berada di luar negeri lebih mengenal reog, lebih mengenal keris, dan lebih mengenal adat pernikahan Ponorogo.
“Harapannya dengan buku-buku ini, kita semua bisa terus menjadi pelestari dan pengembang budaya luhur Ponorogo,” kata dia.
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian kembali menorehkan prestasi gemilang dengan menerima penghargaan bergengsi Paritrana Award… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA — PT Pegadaian bersama PT Permodalan Nasional Madani (PNM), dua entitas dalam holding… Read More
Madiunpos, LHOKSEUMAWE — Pegadaian Syariah meluncurkan program sosial-ekonomi bertajuk Kota Islami Lhokseumawe Amanah untuk Ekonomi… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian mencatatkan pencapaian monumental dalam perjalanan transformasi digitalnya dengan berhasil membukukan… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA - Dalam rangka memeriahkan HUT Ke-498 Jakarta, Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar PRJ… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – Bagi yang akrab dengan dunia investasi, tentu sudah tidak asing dengan Tabungan… Read More
This website uses cookies.