Kategori: News

Penggagas Batik Pecel Madiun Ingin Populerkan Batik Warna Alam

Hari Batik Nasional diaplikasikan dengan lebih mencintai dan menggunakan batik.

Madiunpos.com, MADIUN -- Bagi Sri Murniyati, 50, pemilik butik Batik Murni Madiun, berbicara soal batik tidak hanya fashion maupun tren semata. Namun, lebih dari itu berbicara soal batik erat kaitannya dengan makna filosofi dan penguatan karakter daerah.

Murni yang merupakan penggagas motif batik pecel Madiun bertahan untuk terus berinovasi dengan berbagai hal yang berkaitan dengan Madiun. Beberapa waktu lalu, dia juga membuat motif batik kereta api yang menjadi salah satu ikon di Kota Madiun.

"Dengan membuat motif batik yang khas daerah tentu itu akan memperkuat karakter daerah. Setiap motif memiliki makna tersendiri dan memiliki cerita masing-masing," jelas dia saat ditemui di butiknya di Jl. Halmahera No. 14 Kota Madiun, Senin (2/10/2017).

Menurut Murni, batik merupakan warisan leluhur asli Indonesia yang telah diakui dunia. Melalui batik ini, masyarakat bisa menunjukkan karakter bangsa yang beragam dan indah.

Pada momentum Hati Batik Nasional yang diperingati setiap 2 Oktober, Murni mengajak kepada seluruh masyarakat untuk mencintai dan menggunakan batik. Dia menilai menggunakan batik sama halnya dengan menghargai dan mencintai leluhur bangsa yang telah mewariskan kebudayaan ini.

Murni juga ingin lebih mengenalkan batik yang menggunakan pewarna alami. Meskipun cukup sulit, tetapi dia optimistis suatu saat masyarakat akan menyukai batik yang menggunakan pewarna alami.

Batik dengan pewarna alami berbeda dengan batik yang menggunakan warna berbahan kimia. Batik pewarna alami biasanya lebih soft, sedangkan batik warna kimia lebih ngejreng dan berwarna cerah. Saat ini, sebagian besar masyarakat lebih memilih batik dengan warna-warna cerah.

"Jujur, saat ini penggemar batik dengan warna alam lebih sedikit dibandingkan batik dengan warna terang. Batik warna alam memang kurang terang, dan masyarakat kita kurang bisa menerima itu," kata Kasi Pemerintahan di Kelurahan Nambangan Lor, Kota Madiun ini.

Selain belum bisa menerima soal warna, batik dengan pewarna alami memang memiliki harga yang jauh lebih mahal dibandingkan batik dengan warna kimia. Dia biasa membanderol harga batik dengan warna alam mulai Rp600.000 hingga Rp7 juta per potong.

"Proses pembuatannya lama dan sulit. Untuk menghasilkan warna alam juga memang butuh waktu yang cukup lama," kata ibu tiga anak ini. Untuk bahan-bahan pembuatan warna alam, kata Murni, yaitu dari berbagai kayu dan daun-daunan. Seperti kulit maoni, kayu tingi, jolawe, kulit dan daun mangga, secang, serabut kelapa, dan lainnya.

Rohmah Ermawati

Dipublikasikan oleh
Rohmah Ermawati

Berita Terkini

Komitmen Jalankan Transformasi Digital, Pegadaian Catat Lebih dari 10 Juta Transaksi Digital pada Semester Pertama 2025

Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian mencatatkan pencapaian monumental dalam perjalanan transformasi digitalnya dengan berhasil membukukan… Read More

5 hari ago

Jangan Lewatkan, Pegadaian Galeri 24 Bagi–Bagi Emas Gratis di PRJ JIEXPO Kemayoran

Madiunpos.com, JAKARTA - Dalam rangka memeriahkan HUT Ke-498 Jakarta, Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar PRJ… Read More

1 minggu ago

Inovasi Baru Pegadaian: Emas Fisik Kini Bisa Langsung Jadi Tabungan Emas

Madiunpos.com, JAKARTA – Bagi yang akrab dengan dunia investasi, tentu sudah tidak asing dengan Tabungan… Read More

2 minggu ago

Pegadaian Raih The Most Innovative dan The Best CEO Future Finance Awards 2025

Esposin, JAKARTA – PT Pegadaian memborong dua penghargaan pada malam penganugerahan Innovative Future Finance Awards… Read More

2 minggu ago

Pegadaian Kembali Raih Predikat The Best Company to Work For in Asia untuk Ketujuh Kalinya

Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian kembali dinobatkan sebagai Best Company to Work For in Asia… Read More

2 minggu ago

Pegadaian Area Kalimantan Selatan dan Tengah Catat Pertumbuhan Tertinggi Nasional pada Tahun 2025

Madiunpos.com, BANJARMASIN – PT Pegadaian Area Kalimantan Selatan dan Tengah, di bawah naungan Kanwil IV… Read More

3 minggu ago

This website uses cookies.