Prasasti di Makam Syekh Subakir Blitar (Erliana Riady/detikcom)
Madiunpos.com, BLITAR - Makam para ulama di Nglegok, Blitar, ini diyakini sudah ada jauh sebelum ada Wali Songo. Syekh Subakir diutus oleh Sultan Muhammad I dari Kekaisaran Ottoman di Turki pada 1404 M.
Begitu juga keempat muridnya yang dari cerita tutur meneruskan syiar Islam di kawasan Nglegok. Mereka adalah Syekh Badruddin, Syekh Badruz Zam'an, Syekh Badrul Alim, dan Syech Marzuki.
Agus Hermawan dan Roko Patria Jati dalam jurnal Studi Islam Nusantara (2019) menyebut era Wali Songo menandai akhir dari era Hindu-Budha di Nusantara. Wali Songo adalah simbol penyebaran Islam dan pendirian kerajaan Islam di Jawa, mulai Kesultanan Cirebon (1430 - 1666), Kesultanan Demak (1500 - 1550), Kesultanan Banten (1524 - 1813 ), atau Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta.
Leg 1 Final Piala Menpora 2021: Persija Merendah, Persib Sudah Tak Sabar
Namun menariknya, sebuah batu andesit berupa prasasti dipasang sebagai nisan di makam Syekh Badruddin menunjukkan tahun yang jauh lebih tua. Prasasti berupa inskripsi itu dalam aksara dan bahasa Jawa Kuno itu tertulis angka 1130 Saka atau 1208 Masehi.
Berikut inskripsi dari hasil pembacaan Arlo Griffith
“1330
dhibhutabhava
krtalan”
Berpacaran Pakai Seragam Sekolah di Area Makam, Sejoli Terekam Kamera CCTV
Kalimat baris kedua merupakan sengkalan, yang jika dirangkai memuat 1157/1158 Saka, setara 1235/1236 Masehi. Kalimat “dhibhutabhava” ditafsirkan memiliki makna keberadaan (Hanya di dalam) pikiran. Sedangkan kalimat “krtalan” memiliki arti dan dibuat.
"Kemungkinan 1235/1236 Masehi itu tahun pembuatan prasasti. Sedangkan 1208 merupakan tahun terjadinya peristiwa yang diabadikan dalam prasasti," terang pengamat sejarah, Ferry Riyandika, kepada detikcom, Kamis (22/4/2021).
Menurut Ferry, jika benar prasasti itu dibuat pada 1235/1236 Masehi berarti prasasti itu dibuat pada masa Kerajaan Kadiri Raja Srengga/Kertajaya, masa Kerajaan Kadiri akhir.
Hilang Kontak di Utara Bali, Kapal Selam RI Nanggala-402 Diduga Jatuh di Kedalaman 700 Meter
"Masanya 11 tahun lebih muda dari Candi Palah atau Penataran. Tapi masih sezaman rajanya. Kalau Palah nama kuno dari Candi Penataran dilihat dari prasastinya bertahun 1197 Masehi," ungkap guru sejarah kelahiran Blitar yang bertugas Magetan ini.
Ferry menilai ada dua kemungkinan mengapa prasasti itu dipasang sebagai nisan di makam Syekh Badruuddin di Sentono Dowo. Pertama, sengaja dipasang karena memiliki huruf seperti Arab. Akhirnya dibuat nisan salah satu murid Syech Subakir.
Kedua, memang inskripsi di tempat karena kuno mirip nisan di aku (diyakini dari cerita tutur) dan melihat keletakan dekat petilasan Syekh Subakir sebagai muridnya.
Gubernur Jatim Beri Diskon Pajak Kendaraan Bermotor dan Undian Umrah
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian mencatatkan pencapaian monumental dalam perjalanan transformasi digitalnya dengan berhasil membukukan… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA - Dalam rangka memeriahkan HUT Ke-498 Jakarta, Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar PRJ… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – Bagi yang akrab dengan dunia investasi, tentu sudah tidak asing dengan Tabungan… Read More
Esposin, JAKARTA – PT Pegadaian memborong dua penghargaan pada malam penganugerahan Innovative Future Finance Awards… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian kembali dinobatkan sebagai Best Company to Work For in Asia… Read More
Madiunpos.com, BANJARMASIN – PT Pegadaian Area Kalimantan Selatan dan Tengah, di bawah naungan Kanwil IV… Read More
This website uses cookies.