Sarung yang digunakan masyarakat suku Tengger dipercaya berfungsi untuk mengendalikan perilaku dan ucapan masyarakat. (medium.com)
Madiunpos.com, MADIUN -- Suku Tengger adalah suku asli yang mendiami wilayah dataran Gunung Bromo yang meliputi Kabupaten Lumajang, Probolinggo, Malang, dan Pasuruan, Jawa Timur. Warga suku Tengger biasa disebut dengan Orang Tengger.
Identitas budaya dan adat istiadat suku Tengger tidak banyak dikenal. Suku ini merupakan keturunan dari kerajaan Majapahit.
Pada umumnya, masyarakatnya beragama Hindu. Hingga saat ini mereka hidup dengan adat dan tradisinya sendiri dan tidak terpengaruh modernisasi zaman.
Diduga Berzina, 2 Perangkat Desa di Jombang Didemo Supaya Dicopot
Akulturasi budaya sangat rentan terjadi. Namun, selama berabad-abad, suku tenggger tetap mampu mempertahankan karakteristiknya. Sehingga adat dan budaya nya hingga saat ini masih tetap lestari.
Lalu, hal menarik apa yang ada di suku Tengger? Berikut fakta-fakta menarik suku Tengger seperti yang telah dirangkum madiunpos.com, dari berbagai sumber.
Nama Tengger diambil dari nama tokoh legendaris yang dianggap sebagai leluhurnya, yakni “Teng” dari akhiran nama Roro Anteng dan “Ger” dari akhiran nama Joko Seger. Masyarakat suku Tengger mempercayai bahwa suku tersebut adalah keturunan Roro Anteng dan Joko Seger.
Suku Tengger menggunakan bahasa Jawi kuno. Bahasa tersebut diyakini sebagai dialek pada masa Kerajaan Majapahit. Bahasa yang digunakan sebagai mantra ditulis dengan huruf jawa kawi.
Ada anggapan bahwa bahasa suku Tengger merupakan turunan dari bahasa kawi dan banyak mempertahankan kalimat-kalimat kuno yang sudah tidak digunakan lagi dalam bahasa jawa modern.
Viral Video Tumpukan Uang di Mobil Timses Cabup Mojokerto, Ini Alasan Simpatisan Cabup Lawan
Selain berfungsi untuk melindungi diri dari hawa dingin pegunungan, sarung juga dipercaya berfungsi untuk mengendalikan perilaku dan ucapan masyarakat. Penggunaan sarung ini dilakukan oleh semua kalangan, mulai usia muda hingga tua, laki-laki dan perempuan.
Upacara ini juga dikenal dengan sebutan Yadnya Kasada. Hal ini dilakukan sebagai bentuk persembahan untuk Sang Hyang Widi sebagai wujud syukur atas karunia yang diberikan kepada masyarakat suku Tengger. Adanya upacara ini menjadikan suatu ikon budaya di Gunung Bromo dan menarik wisatawan untuk berkunjung.
Yadna Kasada merupakan upacara keagamaan yang dilakukan masyarakat suku Tengger, bentuknya berupa pengiriman kurban kepada leluhurnya yang ada di kawah Gunung Bromo.
Karo adalah hari raya terbesar yang paling dinanti-nanti oleh suku Tengger. Karo, biasanya diselenggarakan setelah hari raya Nyepi.
Acara ini meliputi pawai hasil bumi, kesenian adat seperti pagelaran Tari Sodoran. Kemudian dilanjutkan dengan bersilaturahmi ke rumah tetangga dan sanak saudara.
Untuk ritual Karo ini dipimpin oleh seorang ratu. Ratu di sini mempunyai arti seorang pemimpin yang selalu memimpin doa. Uniknya lagi, ratu adalah seorang laki-laki. Masyarakat Tengger ada yang menyebut ratu dengan sebutan dukun.
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian mencatatkan pencapaian monumental dalam perjalanan transformasi digitalnya dengan berhasil membukukan… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA - Dalam rangka memeriahkan HUT Ke-498 Jakarta, Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar PRJ… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – Bagi yang akrab dengan dunia investasi, tentu sudah tidak asing dengan Tabungan… Read More
Esposin, JAKARTA – PT Pegadaian memborong dua penghargaan pada malam penganugerahan Innovative Future Finance Awards… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian kembali dinobatkan sebagai Best Company to Work For in Asia… Read More
Madiunpos.com, BANJARMASIN – PT Pegadaian Area Kalimantan Selatan dan Tengah, di bawah naungan Kanwil IV… Read More
This website uses cookies.