Eny Setiyowati, perajin keripik pare dari Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, menunjukkan produknya, Rabu (24/3/2021). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)
Madiunpos.com, MADIUN -- Pare merupakan salah satu jenis sayuran populer yang kaya manfaat. Tetapi, sayuran ini jarang disukai karena rasanya yang pahit.
Di tangan Eny Setiyowati, 39, warga Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, pare ini diolah menjadi kudapan renyah dan gurih. Dan tentunya tidak pahit.
Saat ditemui Madiunpos.com di rumahnya di Jl. Kaswari No. 26, RT 041/RW 013, Kelurahan Nambangan Kidul itu, Eny mengaku tidak menyangka keripik pare buatannya mendapat sambutan positif dari masyarakat. Dia mengaku memproduksi keripik pare ini berawal dari coba-coba.
Ibu satu anak ini mulai memproduksi keripik pare pada pengujung 2017. Saat itu, ia terlintas ide membuat keripik dari pare. Tanpa panjang berpikir, Eny langsung ke pasar untuk membeli pare.
Mantap! Jatim Peringkat Pertama Lolos SNMPTN 2021
“Saya memang sudah produksi rempeyek. Kemudian ada ide bikin keripik yang beda dan ada ide bikin keripik pare. Saya kemudian ke pasar beli pare dan membikin keripik,” jelas dia, Rabu (24/3/2021).
Pada awal mencoba, Eny mengaku tidak langsung berhasil membuat keripik pare itu. Meski gagal, dia tak pantang menyerah. Hingga akhirnya berhasil menemukan olahan yang pas untuk membuat keripik pare.
Dia kemudian memberanikan diri untuk menjual keripik pare produksinya. Tak disangka, banyak orang yang tertarik dan membeli kudapan itu.
Produksi keripik pare itu kemudian dijual melalui media sosial Facebook di akun pribadinya @enysetyowati. Melalui media sosial itu, banyak orang yang mulai pesan keripik pare.
Bahkan temannya yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di Hongkong juga ikut memesan keripik pare ini. Bahkan sudah dua kali mengirim paket keripik pare di Hongkong.
“Paling banyak yang membeli dari wilayah Jakarta, Bandung, Depok, Tangerang, Surabaya, dan beberapa daerah lain. Karena jualannya lewat media sosial, jadi yang membeli banyak dari luar kota,” ujarnya.
Sejak produk keripik pare miliknya banyak yang membeli, kata dia, setiap hari selalu memproduksi. Meskipun jumlah produksinya tergolong sedikit. Dalam satu bulan rata-rata memproduksi keripik pare sebanyak 20 kg.
Sepi Pembeli, Pedagang Tutup Kios di Pasar Burung Caruban
Keripik pare produksinya kini tersedia dengan berbagai varian rasa. Ada rasa original, balado, balado pedas manis, balado ekstra pedas, keju, BBQ, sapi panggang, dan ayam panggang.
Keripik pare ini dijual dengan harga Rp70.000 untuk rasa original dan Rp80.000 untuk varian rasa. Sedangkan kemasan kecil dengan berat 65 gram dijual antara Rp6.000 hingga Rp8.000 per bungkus.
Hasil dari berjualan keripik pare ini, lanjut Eny, bisa membantu perekonomian keluarganya. Selain itu, dia juga bisa membeli obat-obatan serta memenuhi biaya perawatan ibunya yang kini sedang menderita strok.
“Suami saya kerja bengkel di Surabaya. Pulangnya sebulan sekali. Hasil dari jualan keripik pare ini ya lumayan untuk membantu perekonomian keluarga,” kata Eny yang memberikan brand produk keripik pare dengan nama Shivatus. Merek itu diambil dari nama anaknya, Shivana Aminatus Azzahra.
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian mencatatkan pencapaian monumental dalam perjalanan transformasi digitalnya dengan berhasil membukukan… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA - Dalam rangka memeriahkan HUT Ke-498 Jakarta, Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar PRJ… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – Bagi yang akrab dengan dunia investasi, tentu sudah tidak asing dengan Tabungan… Read More
Esposin, JAKARTA – PT Pegadaian memborong dua penghargaan pada malam penganugerahan Innovative Future Finance Awards… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian kembali dinobatkan sebagai Best Company to Work For in Asia… Read More
Madiunpos.com, BANJARMASIN – PT Pegadaian Area Kalimantan Selatan dan Tengah, di bawah naungan Kanwil IV… Read More
This website uses cookies.