Epidemiolog Universitas Indonesia, Dr. Pandu Riono PhD. (youtube)
Madiunpos.com, MADIUN -- Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia saat ini diyakini oleh ahli 20 kali lipat lebih besar dibandingkan yang dilaporkan. Ada kecenderungan pemerintah menyampaikan data yang tidak akurat mengenai jumlah pasien positif terjangkit virus corona (Covid-19) .
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Dr. Pandu Riono PhD, yang menyampaikan hal tersebut di kanal Youtube Narasi Newsroom dalam program Buka Mata yang tayang sejak Minggu (12/4/2020).
"Sangat berbahaya kalau para ahli dan epidemiolog hanya menggunakan data dari pemerintah. Karena data itu sangat underestimate dan underreported. Seolah data hanya segitu," ungkap Pandu.
Gubernur Jatim Minta Surabaya Dan 3 Daerah Lain Pertimbangkan Ajukan PSBB
Ia mengatakan pernah membuat kurva perbandingan antara data yang dilaporkan pemerintah dengan apa yang terjadi di lapangan. Hasilnya ada gap yang sangat besar. "Kita mengalami underestimate data yang sangat luar biasa. Padahal [kasus Covid-19) yang terjadi sebenarnya 10 sampai 20 kali lipat lebih tinggi [dari yang dilaporkan," ujar pakar dari FKM UI itu.
Menurutnya, hal tersebut dikarenakan kesalahan dalam penentuan status pasien. Pemerintah baru menyatakan pasien itu positif Covid-19 jika hasil lab menunjukkan demikian. Padahal, kata Pandu, hasil pemeriksaan lab itu membutuhkan waktu cukup lama.
Data kasus Covid-19 yang diumumkan hari ini, menurut Pandu, adalah data lima hari lalu. "Pasien sudah di-swab [lima hari lalu] , sudah ada gejala, hasil labnya baru diketahui hari ini. sudah sangat terlambat. Mungkin banyak juga pasien yang meninggal yang belum sempat dicek lab," ujarnya.
Pandu bersama pakar lain dari FKM UI pernah diminta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk memprediksi jumlah maksimal warga yang terinfeksi Covid-19. Hasilnya, tim memprediksi akan ada 2,5 juta warga yang bakal terjangkit Covid-19 jika pemerintah tidak melakukan intervensi.
Dari jumlah tersebut, 10% di antaranya meninggal dunia, atau sekitar 250.000 jiwa melayang. "Kami memprediksi tidak kurang dari 220.000 pasien meninggal," tambah pria berkacamata itu.
Menurut Pandu, hal ini bisa diantisipasi jika saja Kementerian Kesehatan bisa bertindak tepat dan cepat. "Kalau Menteri Kesehatannya paham tentang masalah kesehatan masyarakat, seharusnya bisa ngotot bilang ke Presiden Jokowi [Joko Widodo], 'Pak kita harus bertindak'. Tapi yang terjadi, 'Pak [Presiden] tenang,' itu yang membuat lamban [penanganan Covid-19]," ujar Pandu.
Bupati Madiun Larang Warga Portal Jalan
Banyak ahli dan pakar yang sudah memberi masukan. Namun, menurutnya, tidak didengar pemerintah.
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian mencatatkan pencapaian monumental dalam perjalanan transformasi digitalnya dengan berhasil membukukan… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA - Dalam rangka memeriahkan HUT Ke-498 Jakarta, Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar PRJ… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – Bagi yang akrab dengan dunia investasi, tentu sudah tidak asing dengan Tabungan… Read More
Esposin, JAKARTA – PT Pegadaian memborong dua penghargaan pada malam penganugerahan Innovative Future Finance Awards… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian kembali dinobatkan sebagai Best Company to Work For in Asia… Read More
Madiunpos.com, BANJARMASIN – PT Pegadaian Area Kalimantan Selatan dan Tengah, di bawah naungan Kanwil IV… Read More
This website uses cookies.