Pertanian Tulungagung, petani memanen dini karena sawah terendam banjir.
Madiunpos.com, TULUNGAGUNG -- Sejumlah petani di Tulungagung terpaksa memanen dini tanaman padi karena areal persawahan terendam banjir. Sejauh ini, diketahui lebih dari 30 hektare lahan padi di beberapa wilayah setempat terdampak bencana itu.
Petani di Dusun Gambiran, Desa Besole, Kecamatan Besuki, Tulungagung, Suroyo, 50, mengaku panen lebih cepat terpaksa dilakukan agar bulir padi tidak membusuk.
"Sebenarnya sudah waktunya panen ini, sudah tiga bulan (usia). Tapi keduluan banjir sehingga harus segera dipanen," kata pria yang sawahnya ikut terendam banjir itu, Rabu (18/10/2017).
Dia membeberkan di area persawahan Dusun Gambiran itu, tak kurang dari 10 hektare sawah terendam banjir.
Menurut Suroyo dan penuturan petani setempat, luapan air Sungai Gambiran dan Ngentrong meluber ke area persawahan. Padahal seharusnya air langsung mengalir ke Saluran Parit Agung, dan dibuang ke laut melalui terowongan Niyama.
"Air sungai meluap akibat tanggul yang membatasi dengan area persawahan sebelah sana jebol," kata Sumi, istri Suroyo yang ikut panen padi di sawah mereka yang terendam banjir sedalam 60-an sentimeter.
Akibatnya saat turun hujan deras selama sehari semalam dan debit air sungai meningkat, air meluap dan masuk ke persawahan sekitarnya.
"Bagaimanapun gabah yang sudah terkena banjir harganya akan jatuh. Apalagi jika kelamaan terendamnya, semoga belum terlambat dan bisa dikeringkan dengan cara dijemur," kata dia.
Beberapa area persawahan lain yang dilaporkan mengalami banjir di antaranya terjadi di wilayah Bandung, Gondang, serta Pakel.
Kondisi terparah biasanya di area persawahan yang ada di kanan-kiri area hilir Sungai Parit Raya dan Parit Agung menjelang masuk ke arah Bendung Niyama yang menjadi pintu muara menuju laut selatan di Pantai Sidem.
Luapan air kiriman dari area hulu di wilayah Trenggalek dan Tulungagung menjadi penyebab menumpuknya air di area hilir yang berakibat banjir di kawasan pemukiman dan persawahan di Tulungagung Selatan ini.
Sumaji, petani Tulungagung yang sawahnya tidak terimbas banjir mengatakan gabah yang sudah terdampak banjir biasanya banyak yang rusak karena bulir padi/beras mudah pecah-pecah.
Kondisi fisik bulir padi yang tidak utuh baik sebelum maupun sesudah proses penggilingan itulah yang kemudian memengaruhi harga gabah, tidak sama dengan produk sejenis yang tidak terpengaruh banjir.
"Pembeli biasanya sudah hafal mana gabah yang kondisinya baik dan mana yang bekas terendam banjir dan berpotensi rusak sehingga nilai perkiraan harganya juga otomatis turun," ujarnya.
Madiunpos.com, JAKARTA — PT Pegadaian bersama PT Permodalan Nasional Madani (PNM), dua entitas dalam holding… Read More
Madiunpos, LHOKSEUMAWE — Pegadaian Syariah meluncurkan program sosial-ekonomi bertajuk Kota Islami Lhokseumawe Amanah untuk Ekonomi… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – PT Pegadaian mencatatkan pencapaian monumental dalam perjalanan transformasi digitalnya dengan berhasil membukukan… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA - Dalam rangka memeriahkan HUT Ke-498 Jakarta, Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar PRJ… Read More
Madiunpos.com, JAKARTA – Bagi yang akrab dengan dunia investasi, tentu sudah tidak asing dengan Tabungan… Read More
Esposin, JAKARTA – PT Pegadaian memborong dua penghargaan pada malam penganugerahan Innovative Future Finance Awards… Read More
This website uses cookies.