Belajar Daring Nebeng Teman, Siswa SD di Madiun Ini Justru Mendapat Tekanan dari Sekolah

Wahyu Agus Nurtino, 12, siswa kelas VI SDN Brumbun, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, tidak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara online oleh pihak sekolah gara-gara tidak memiliki smartphone.

Belajar Daring Nebeng Teman, Siswa SD di Madiun Ini Justru Mendapat Tekanan dari Sekolah Wahyu Agus Nurtino, 12, siswa kelas VI SDN Brumbun, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun saat sedang belajar di rumahnya, Desa Brumbun, Selasa (4/8/2020).  (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Wahyu Agus Nurtino, 12, siswa kelas VI SDN Brumbun, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, tidak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara online oleh pihak sekolah gara-gara tidak memiliki smartphone.

    Pihak sekolah memang mengeluarkan kebijakan, selama masa pandemi Covid-19 kegiatan belajar mengajar (KBM) dilakukan di rumah masing-masing siswa. Sedangkan pihak guru akan memberikan tugas dan memantau KBM melalui grup aplikasi perpesanan instan WhatsApp (WA). Untuk memiliki WA, tentunya siswa atau orang tua siswa harus memiliki smartphone yang terkoneksi internet.

    Tetapi itu tidak dimiliki Wahyu. Untuk menyiasati supaya bisa memantau tugas dari guru, anak semata wayang pasangan Slamet Nursanto dan Solehatin itu selama ini numpang belajar di rumah temannya, Arya.

    Umbul Madiun Sudah Buka! Ada Diskon 50% Bagi Seluruh Pengunjung

    Arya, teman satu kelasnya itu berbaik hati untuk membagikan informasi tugas kepadanya. Jadi saat ada tugas dari guru, Wahyu datang ke rumahnya untuk melihat apa saja tugas yang diberikan guru. Kemudian mereka mengerjakannya secara bersama-sama.

    Kondisi SDN Brumbun, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Selasa (4/8/2020).  (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Dengan polos, Wahyu ini bercerita kalau dirinya tidak memiliki smartphone untuk mengikuti KBM online dari sekolah. Begitu juga kedua orang tuanya, tidak memiliki smartphone yang bisa untuk mengunduh aplikasi WA.

    “Sejak masuk kelas VI, itu kan guru ngasih tugas lewat WA. Saya tidak punya WA, jadi ikut ke teman, Arya. Saat ada tugas, saya pergi ke rumahnya,” ujarnya saat ditemui di rumahnya di Desa Brumbun, Selasa (8/4/2020) pagi.

    Untuk menuju ke rumah temannya itu, Wahyu harus melewati aliran Sungai Catur yang memisahkan antara Dusun Sukorejo dan Dusun Malang. Menyebrangi sungai ini menjadi jalan tercepat untuk sampai ke rumah temannya itu.

    Jumlah Penumpang Naik Signifikan, KAI Operasikan Lagi 3 Kereta Api Jarak Jauh

    “Kalau lewat jalan ada, tapi muter. Jauh. Jadi saya seringnya nyabrang di sungai,” kata Wahyu.

    Dilarang Pihak Sekolah

    Namun, usahanya untuk tetap terus memantau tugas belajar itu justru ditentang oleh pihak sekolah. Guru dari SDN Brumbun justru melarangnya untuk ke rumah Arya dengan alasan mematuhi protokol kesehatan, tidak berkerumun. Padahal di tempat temannya itu, Wahyu mengaku paling banter hanya ada tiga siswa yang ikut belajar kelompok.

    Karena dilarang, saat ini ia hanya belajar mengandalkan buku LKS dari sekolah. Ia pun tidak memantau lagi kegiatan belajar mengajar dan tugas yang diberikan guru melalui grup WA yang dibuat oleh pihak sekolah.

    “Harusnya kemarin [Senin], saya melihat tugas guru di grup WA. Tapi, karena tidak boleh. Saya belajar lewat LKS. Untuk tugas ya tidak mengerjakan,” ucapnya.

    Mengenai kunjungan dari pihak guru, Wahyu mengaku selama ini belum pernah dikunjungi oleh guru.

    Alhamdulillah, Seluruh Pasien Positif Covid-19 dari Pondok Gontor Sembuh

    Ayah Wahyu, Slamet Nursanto, 50, mengaku tidak memiliki handphone berbasis Android. Ia juga tidak sanggup membelikan anaknya HP, karena memang kondisi perekonomian keluarganya sedang sulit.

    Untuk urusan belajar, kata dia, biasanya Wahyu memang belajar kelompok di rumah temannya. Slamet mempersilakan anaknya belajar kelompok karena memang di rumah tidak ada fasilitas gadget untuk mengetahui tugas dari guru.

    Ayah Wahyu, Slamet Nursanto, berada di depan rumahnya yang sederhana di Desa Brumbun, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Selasa (4/8/2020).  (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    “Saya tidak punya HP kayak gitu [smartphone]. Saya juga tidak bisa membelikan HP untuk belajar anak saya. Jadi saat belajar, anaknya memang pergi ke rumah temannya,” ujar dia.

    Pria yang bekerja sebagai buruh bangunan ini mengaku tidak mempunyai cukup uang untuk membeli smartphone. Belum lagi nanti kuota internet yang harus diisi.

    “Kondisinya kan ada corona gini, jadi banyak nganggurnya. Penghasilan juga tidak seberapa. Kemarin sepuluh hari kerja, tetapi setelah itu dua pekan libur karena tidak ada kerjaan,” jelasnya.

    Saat dikonfirmasi, pihak SDN Brumbun enggan memberikan keterangan terkait nasib Wahyu setelah dilarang belajar kelompok di rumah Arya. Saat itu, wartawan yang datang ke sekolah ditemui kepala SDN Brumbun dan beberapa guru.

    Kepala sekolah pun enggan berkomentar terkait adanya larangan belajar kelompok yang dilakukan oleh Wahyu. Ia hanya bilang dalam kondisi pandemi, kegiatan belajar kelompok memang tidak diperbolehkan.

    Pihak sekolah pun mengklaim sudah menginventarisir seluruh siswa yang memiliki gadget. Dari seluruh siswa kelas VI, semuanya diklaim memiliki gadget.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.