GELOMBANG TINGGI PACITAN : 200 Nelayan Wawaran Tidak Melaut Sepekan Terakhir

GELOMBANG TINGGI PACITAN : 200 Nelayan Wawaran Tidak Melaut Sepekan Terakhir Seornag nelayan di pantai Wawaran, Suntoro, saat memperbaiki jaring miliknya di atas perahu yang terparkir di pantai Wawaran, Sabtu (10/9/2016). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

    Gelombang tinggi Pacitan, sekitar 200 nelayan di pantai Wawaran libur melaut dalam sepekan terakhir karena gelombang tinggi.

    Madiunpos.com, PACITAN — Sedikitnya 200 nelayan di pantai Wawaran, Desa Sidomulyo, Kecamatan Kebonagung, Pacitan, kembali libur melaut dalam sepekan terakhir. Penyebabnya, gelombang laut selatan tinggi dan disertai angin yang cukup kencang.

    Pantauan Madiunpos.com di pantai Wawaran, Sabtu (10/9/2016), seratusan perahu milik nelayan terparkir di bibir pantai Wawaran. Tidak ada aktivitas di pantai tersebut, tempat pelelangan ikan (TPI) di pantai tersebut juga terlihat lengang. Hanya ada satu dua orang yang berlalu lalang di pantai tersebut dan memperbaiki perahunya.

    Seorang nelayan di pantai Wawaran, Suntoro, mengatakan sudah sepekan terakhir gelombang di laut selatan kembali tinggi. Seluruh nelayan di pantai Wawaran terpaksa tidak melaut karena kondisi cuaca ekstrem tersebut.

    “Ada sekitar 200 nelayan yang sering melaut di pantai Wawaran, sudah sepekan terakhir kami tidak melaut. Kami takut gelombangnya tinggi dan anginnya juga kencang,” jelas dia kepada Madiunpos.com.

    Suntoro menuturkan selama tidak melaut, aktivitas di pantai Wawaran memang lengang. Selain itu, TPI Wawaran yang biasanya ramai dipenuhi pedagang dan pembeli ikan juga tidak terlihat sepekan terakhir.

    Sejumlah nelayan memilih untuk bekerja di luar desa atau mengurus ternak di rumah. Sebagian nelayan juga memanfaatkan waktu libur melaut ini untuk memperbaiki perahu dan jaring mereka.

    “Saya biasanya kalau tidak melaut ya berjualan ikan di Dermaga Tamperan. Tetapi, hari ini saya hendak memperbaiki perahu dan jaring yang sudah rusak,” terang dia.

    Lebih lanjut, dia menuturkan selama gelombang laut tinggi, ikan juga sulit ditangkap. Dia mengaku biasanya mencari ikan tongkol dan banyar. Sekali melaut biasanya mendapat 50 kg ikan, namun terkadang juga tidak dapat ikan sama sekali.

    Nelayan lainnya, Sutrisno, mengatakan sudah sepekan terakhir tidak mencari ikan di laut akibat gelombang tinggi yang kembali menerjang laut selatan. “Bulan lalu, kami juga tidak melaut karena gelombang tinggi, kemudian di akhir Agustus gelombang mulai normal dan kami bisa mencari ikan lagi. Tetapi ini gelombang naik lagi,” ujar dia.

    Saat kondisi tersebut terjadi, dia mengaku bekerja serabutan di luar desa, bisa jadi buruh bangunan atau buruh di pasar. Hal ini untuk menutupi kebutuhan hidup yang harus dipenuhi.



    Editor : Ahmad Mufid Aryono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.