INDUSTRI GULA : Produksi Gula Pasir Diprediksi Turun karena La Nina

INDUSTRI GULA : Produksi Gula Pasir Diprediksi Turun karena La Nina Mengenal Produksi Gula (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

    Industri gula terpengaruh iklim La Nina yang sering hujan.

    Madiunpos.com, KEDIRI - Perubahan cuaca La Nina diperkirakan berimbas terhadap produksi gula pasir di PTPN X pada musim giling 2016 ini.

    "Saat ini produksi gula 310.000 ton, ini diperkirakan turun sekitar 10 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 460.000 ton," kata Direktur Operasional PTPN X Tarsisius Sutaryanto saat ditemui di Kediri, Rabu (26/10/2016).

    Tarsisius yang ditemui di sela-sela pelantikan Pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) APTRI yang ada di lingkungan PTPN X, di Insumo Hotel, Kediri mengatakan, saat ini iklim sangat luar biasa memengaruhi produksi tebu petani."Terutama hujan sejak awal giling sampai sekarang masih hujan. Ini istilahnya La Nina," ujarnya.

    Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) APTRI Abdul Wachid menambahkan biaya yang dipikul petani pada panen tahun ini memang lebih besar, yang dimulai dari kebun.

    Biaya yang mahal tersebut, tidak serta merta diikuti dengan rendemen yang bisa maksimal. Rendemen saat ini yang dihasilkan dari tebu sekitar 6,5 persen hingga 7 persen. Sementara, di atas 7 persen saat ini sangat berat.

    Pihaknya mengatakan, produksi gula memang dimungkinkan akan turun. Pada 2015, produksi gula di Indonesia bisa mencapai 2,6 juta ton, namun saat ini diprediksi hanya sekitar 2,3 juta ton, sehingga untuk memenuhi konsumsi rumah tangga masih kurang.

    "Kalau tahun ini tidak ada badai [badai La Nina], bisa diselesaikan 2,7 juta ton [produksi gula pasir]," katanya.

    Pihaknya memang sadar jika kebutuhan gula pasir diprediksi akan kurang, namun ia meminta agar pemerintah tidak buru-buru melakukan impor. Pemerintah diminta untuk lebih bijak dalam melakukan kebijakan tersebut.

    Pihaknya menyebut, saat ini harga gula masih standar, yaitu sekitar Rp11.000 hingga Rp12.000 per kilogram. Dari nominal itu, petani masih bisa mendapatkan untung, namun jika sudah di bawah harga tersebut, petani akan semakin rugi.

    "Harapan kami impor di-stop, tata ulang lagi yang mendapatkan izin impor. Selain itu, kami juga minta neraca perdagangan, neraca gula yang kami butuhkan, sehingga kami ikut tentukan boleh impor atau tidak. Jangan sampai impor terus, karena ganggu produksi 2017," jelas Abdul.



    Editor : Rohmah Ermawati

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.