PERLAMBATAN EKONOMI : Ekonomi Lesu, Okupasi Hotel Jatim Turun 15%

PERLAMBATAN EKONOMI : Ekonomi Lesu, Okupasi Hotel Jatim Turun 15% Ilustrasi hotel-hotel di Kota Surabaya (tataruangpertanahan.com)

    Perlambatan ekonomi berimbas kepada sektor pariwisata Jatim dengan merosotnya okupasi hotel di provinsi ini.

    Madiunpos.com, SURABAYA — Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur melaporkan tingkat hunian hotel di Jatim sepanjang Januari-September ini menurun 15% lantaran terimbas kondisi ekonomi yang masih lesu.

    Ketua PHRI Jatim M. Soleh mengatakan dampak dari kondisi ekonomi yang melemah serta turunnya anggaran biaya melakukan perjalanan dari perusahaan swasta dan publik membuat permintaan akomodasi pun ikut menurun. "Kondisi tersebut juga mengakibatkan harga kamar rata-rata ikut mengalami penurunan sekitar 10%," katanya Kamis (15/10/2015).

    Adapun okupasi hotel di Jatim rerata hingga September 2015 yakni 53%, sedangkan rerata di Surabaya yakni 63%. Angka tersebut turun dibandingkan Agustus 2015, tetapi diperkirakan bakal meningkat pada November 2015 karena ada peningkatan penyerapan anggaran pemerintah dan kegiatan meeting, incentive, convention and exhibition (MICE) yang selama ini berkontribusi 40% dari total pendapatan hotel.

    "Untuk akhir tahun ini, kami memproyeksikan okupasi hotel Jatim sekitar 56% dan untuk Surabaya 66% sejalan dengan adanya program-program liburan akhir tahun," ujarnya.

    Biaya Naik 20%
    Soleh menambahkan penurunan okupansi dalam industri hotel dan restoran Jatim tersebut mengakibatkan revenue dan profit menurun. Hal tersebut diperparah dengan biaya operasional yang naik signifikan mencapai 20%, mulai dari upah karyawan, tarif dasar listrik, dan bahan pangan.

    "Sepanjang tahun ini terpaksa ada sekitar 30.000 tenaga kerja hotel dan restoran yang masih di rumahkan," katanya.

    Guna mempertahankan industri jasa hotel dan restoran ini, PHRI Jawa Timur menuntut kepada pemerintah daerah agar meningkatkan kualitas infrastruktur, fasilitas pariwisata agar menarik minat wisatawan untuk datang ke Jatim. "Di satu sisi, pemerintah juga jangan menaikkan UMK 2016 karena UMK saat ini sudah diatas KHL agar industri Hotel dan restoran tidak semakin banyak melakukan PHK tenaga kerjanya," kata Soleh.

    Sementara ini, pengusaha hotel di Jatim berupaya meningkatkan produktivitas karyawan usaha wisata itu dengan melakukan sertifikasi tenaga kerja perhotelan hingga 7.500 orang. "Sampai akhir tahun ini, PHRI optimistis bisa melakukan sertifikasi tenaga kerja perhotelan sampai 8.000 orang," imbuhnya.



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.