PUNCAK LAWU : Anda akan Temukan Kata-Kata Indah Ini di Depan Gapura Lawu
Puncak Lawu berada di ketinggian 3.265 mdlp dari permukaan air laut. Sebelum menempuh perjalanan panjang sekitar tujuh jam, pendaki diajak merenungi terlebih dahulu kata-kata mutiara yang tertera di depan gapura menuju puncak Lawu.
Madiunpos.com, MAGETAN – Perjalanan panjang menuju puncak Gunung Lawu bukan semata membutuhkan stamina fisik yang kuat atau perbekalan yang memadai. Tak kalah penting dari itu semua, perjalanan menuju lokasi dengan ketinggian 3.265 mdlp dari permukaan air laut itu juga membutuhkan kematangan jiwa dan cara berpikir yang benar tentang arti sebuah pendakian.
Madiunpos.com yang mengunjungi lokasi menuju puncak Lawu, Senin (23/2/2015) Â mengamati sejumlah kata-kata mutiara di depan gapura. Di sana, para calon pendaki akan menemukan sejumlah kode etik serta aturan tentang pendakian. Aturan dan kode etik itu terpampang di salah satu papan kayu dengan bahasa yang cukup mudah dipahami.
Kata-kata mutiara yang pertama bertuliskan demikian, "Tidak Meninggalkan Sesuatu, Selain Jejak Kaki". Kalimat mutiara ini secara harfiah mengajak kepada para pendaki untuk tak meninggalkan sampah dan sejenisnya di lokasi pendakian.
“Namun, secara hakikat pesan ini bisa bermakna bahwa seseorang harus bisa semaksimal mungkin memberi manfaat kepada orang lain, bukan malah membebani orang lain,†ujar salah satu pendaki Puncak Lawu, Eyang Samudra beberapa waktu lalu.
Kata-kata mutiara berikutnya berbunyi demikian, “Tidak Mengambil Sesuatu Kecuali Gambar Atau Fotoâ€. Kalimat ini berisi pesan agar seorang pendaki bisa menjaga diri dari keinginan untuk merusak, atau mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Kalimat ini mengajarkan bahwa dalam diri seorang harus mampu mengendalikan keinginan dari rasa untuk memiliki barang-barang yang bukan hak miliknya.
Kalimat mutiara berikutnya ialah “Tidak Membunuh Sesuatu Kecuali Waktuâ€. Kalimat Ini mecara harfiah berpesan agar manusia tak membunuh apapun mahluk selama pendakian.
“Namun, secara mendalam kalimat mutiara ini berpesan tentang pentingnya menjaga keseimbangan kosmos kehidupan; bahwa manusia harus bisa menjadi sumber inspirasi atau kehidupan, bukan dengan membunuhnya,†lanjut Eyang Samudra.
Kalimat mutiara yang terakhir ialah “Setinggi-Tingginya Gunung, Lebih Tinggi Manusia.
Setinggi-Tingginya Manusia, Lebih Tinggi Tuhan Sang Penciptaâ€.
Kalimat mutiara terakhir ini mengajarkan agar manusia tak lupa bahwa sesungguhnya derajat manusia itu lebih tinggi dari pada gunung. Itulah sebabnya, perbuatan manusia harus benar-benar terpuji dan mencerminkan sebagai mahluk dengan derajat tertinggi.
Namun, yang perlu diingat bahwa derajat tertinggi di jagad raya ini adalah Sang Pencipta manusia.
KLIK dan LIKE di sini untuk update informasi Madiun Raya.
Editor : Aries Susanto
Baca Juga
- PENDAKI LAWU : Luar Biasa, Lelaki Ini Taklukkan Puncak Lawu dengan Satu Kaki
- PUNCAK LAWU : Ingin Mendaki Puncak Lawu? Hayati Dulu Falsafah Ini
- PUNCAK LAWU : Cermati, Inilah Larangan saat Mendaki Gunung Lawu
- PUNCAK LAWU : Para Sarjana Ini Terpesona dengan Kisah Mistis Lawu
- PUNCAK LAWU : Perempuan Bule Ini Kecewa Berat Saat Mendaki Puncak Lawu, Apa Penyebabnya?
- PUNCAK LAWU : Wow, Pemuda Malaysia Ini Datang Hanya untuk ke Puncak Lawu, Apa Alasannya?Â
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.