SAMPOERNA Akui 2014 Penuh Tantangan, Penjualan SKT Turun 22,9%

SAMPOERNA Akui 2014 Penuh Tantangan, Penjualan SKT Turun 22,9% Pembuatan sigaret kretek tangan di pabrik H.M. Sampoerna di Jember, Jawa Timur. (Sampoerna.com)

    Sampoerna mengalami tantangan berat sepanjang 2014 lalu, akibat merosotnya konsumen sigaret kretek tangan.

    Madiunpos.com, SURABAYA — PT H.M. Sampoerna Tbk. (HMSP) mengakui tahun 2014 lalu merupakan tahun yang penuh tantangan seiring dengan semakin ketatnya kompetisi dan pergeseran konsumen dari sigaret kretek tangan (SKT) ke sigaret kretek mesin (SKM). Tekanan terhadap SKT itu diduga bakal berlanjut tahun 2015.

    Pengakuan atas tantangan yang memengaruhi kinerja keuangan H.M. Sampoerna itu diakui Presiden Direktur Sampoerna Paul Norman Janelle. “Kami mengalami penurunan volume penjualan SKT sebesar 22,9% tahun lalu dibandingkan periode 2013. Pada triwulan I/2015, volume penjualan SKT terus mengalami tren penurunan sebesar 7,1%,” katanya usai rapat umum pemegang sahan (RUPS) di Surabaya, Senin (27/4/2015).

    Pada kuartal I/2015, volume industri H.M. Sampoerna mengalami pertumbuhan 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Perusahaan itu menjual 78 miliar batang pada tiga bulan pertama tahun ini, naik dari capaian 74 miliar batang pada kuartal I/2014.

    Adapun, total penjualan bersih (tidak termasuk cukai) HM Sampoerna selama triwulan I/2015 menyentuh Rp11,9 triliun, dengan pangsa pasar sekitar 35,4%. Portofolio SKM masih menjadi pendorong utama pertumbuhan dengan peningkatan volume penjualan sebesar 9%.

    Sepanjang 2014, Sampoerna mengklaim mempu bertahan dari tekanan pasar dengan mencetak total penjualan tahunan sejumlah 109,7 miliar batang dan pendapatan bersih senilai Rp10,2 triliun.

    Pajak Tertinggi
    Tahun lalu, Sampoerna dan Philip Morris juga menjadi perusahaan yang membayar pajak tertinggi di Indoensia, dengan total Rp52 triliun. Angka itu terdiri dari pungutan cukai, pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan perusahaan, dan pajak daerah.

    “Penurunan berkelanjutan dari segmen SKT, kenaikan pajak cukai, dan perubahan ketentuan pembayaran cukai akan menjadi tantangan tambahan pada 2015. Meski demikian, kami tetap yakin pada kemampuan karyawat dan portofolio merek kami yang terdepan,” imbuh Paul.

    Direktur Keuangan Sampoerna Yos Adiguna Ginting menambahkan pihaknya akan meminta pemerintah mempertimbangkan ulang kenaikan pajak sebesar 11%, yang menjadi beban terberat pelaku usaha berbasis tembakau.

    “Kami meminta adanya simplifikasi dari struktur yang ada sekarang, kalau tidak ini akan menjadi situasi lose-lose bagi pemerintah maupun pelaku industri,” jelasnya. Selain itu, masalah perdagangan rokok ilegal juga menjadi tantangan tersendiri tahun ini.

    Rokok Ilegal
    Rokok ilegal yang dimaksud, kata Yos, adalah rokok yang tidak berpita cukai, berpita cukai palsu, maupun berpita cukai resmi tapi tidak sesuai peruntukan. Dia mengungkapkan 11% dari rokok yang berderar saat ini adalah ilegal.

    Hal tersebut, sebutnya, membawa kerugian negara senilai Rp5 triliun-Rp9 triliun pada 2014. “Tidak hanya itu, ini merugikan pemain resmi industri rokok, karena harus bersaing dengan rokok-rokok ilegal tersebut.”

    Secara keseluruhan, pada triwulan I/2015 perusahaan yang berbasis di Surabaya itu berhasil membukukan penjualan bersih senilai Rp21,6 triliun, naik 17,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun, total laba bersih pada Januari-Maret 2015 mencapai Rp2,9 triliun.

    Berdasarkan capaian tersebut, Sampoerna sepakat untuk membagikan dividen senilai Rp,4,27 triliun atau setara dengan Rp975/lembar saham.

     



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.