WISATA PONOROGO : Aneka Jajanan dan Parade Seni Tersaji di Festival Ponorogo Tempo Doeloe

WISATA PONOROGO : Aneka Jajanan dan Parade Seni Tersaji di Festival Ponorogo Tempo Doeloe Peserta Festival Ponorogo Tempo Doeloe mengiris getuk golan khas Ponorogo, Jumat (13/10/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

    Wisata Ponorogo, Festival Ponorogo Tempo Doeloe yang kedua digelar di Kelurahan Pinggirsari. 

    Madiunpos.com, PONOROGO -- Festival Ponorogo Tempo Doeloe kembali digelar untuk kali kedua, Jumat-Minggu (13-15/10/2017), di Kelurahan Pinggirsari, Kecamatan Ponorogo.

    Pantauan Madiunpos.com di lokasi, Jumat pagi, puluhan orang memadati lokasi festival tersebut. Belasan stan berjejer di sepanjang jalan di Kelurahan Pinggirsari.

    Ada beberapa stand yang menjajakan jajanan tradisional khas Ponorogo seperti getuk Golan, dawet Jabung, dan lainnya. Selain itu, ada pula stan yang menjajakan baju khas Kota Reog.

    Ketua panitia Festival Ponorogo Tempo Doeloe, Muhammad Hamka Arifin, mengatakan festival terselenggara atas kerja sama antarkomunitas Facebook se-Ponorogo.

    Melalui festival itu, masyarakat diajak untuk mengenal dan melihat Ponorogo pada zaman dulu. Yaitu melalui dengan pendekatan kuliner dan seni tradisi seperti reog, jatil, hingga seni gajah-gajahan.

    "Kami ingin memperlihatkan jejak masa lalu dan sejarah Ponorogo. Dahulu, Ponorogo kuat secara ekonomi. Di sini juga ada batik, itu juga akan kita bangkitkan," kata dia di lokasi acara.

    Arifin menuturkan selain untuk meleatarikan budaya khas Ponorogo. Dalam festival ini juga untuk memperkuat posisi kuliner tradisional di tengah gempuran kuliner modern.

    Menurut dia, kalau tidak diperkenalkan sejak dini, anak-anak era sekarang kurang mengenal jajanan tradisional khas Ponorogo. "Selain mengenalkan jajanan tradisional, juga ada makanan yang dikemas dengan kemasan modern," ujar dia.

    Kegiatan yang digelar selama tiga hari ini juga menampilkan kesenian-kesenian tradisional seperti reog dan gajah-gajahan. Selain itu, ada juga manuskrip-manuskrip tentang sejarah Ponorogo dengan bahasa Sansekerta dan bahasa Inggris yang dipajang selama festival berlangsung.

    "Kami orientasinya tidak provit, kami hanya ingin memberikan edukasi kepada masyarakat," ujar dia.

    Peserta Festival Ponorogo Tempo Doeloe, Tari, yang merupakan penjual dawet Jabung, sangat senang dengan adanya kegiatan festival ini. Dengan adanya festival tersebut bisa lebih mengenalkan kuliner tradisional.

    "Saya dalam sehari bisa menjual 400 porsi. Padahal kalau hari biasa hanya sekitar 100 porsi saja," terang dia.



    Editor : Rohmah Ermawati

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.