AIR BERSIH : Apa Pemicu Hilangnya Si Emas Biru?

AIR BERSIH : Apa Pemicu Hilangnya Si Emas Biru? Ilustrasi petani mengairi lahan pertanian dengan mesin penyedot air yang dimodifikasi menggunakan gas elpiji sebagai bahan bakar. (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

    Air bersih mulai dirasakan langka di sejumlah daerah akhir-akhir ini. Ini salah satu faktor yang membuat pasokan air bersih berkurang.

    Madiunpos.com, Kota madiun – Pengamat lingkungan Universitas Katholik Widya Mandala (Unwima) Leo Eladisa Ganjar menjelaskan saat ini ada sebuah fenomena yang merata di pelosok Nusantara terkait kelangkaan air bersih. Fenomena itu ialah maraknya eksploitasi air bersih untuk mengairi area persawahan di musim kemarau.

    Menurut Leo, eksploitasi air bersih yang terjadi di dunia pertanian tersebut dilakukan dengan memakai mesin pompa air. Air-air yang dieksploitasi bukanlah sembarang air, melainkan air bersih yang diambil dari kedalaman tanah.

    “Amat disayangkan, air bersih itu disedot besar-besaran lalu hanya untuk mengairi sawah. Ini yang akan mejadi pemicu hilangnya air bersih di dalam tanah,” ujarnya ketika berbincang dengan Madiunpos.com di ruang kerjanya, Kamis (5/3/2015).

    Problem air bersih kini memang nyata. Di sejumlah daerah, keberadaan air—seperti yang diramalkan orang-orang—, bahkan telah menjelma si emas biru, sebuah predikat baru untuk menggambarkan betapa mahalnya air bersih yang ditambang dari dalam perut bumi. “Sayangnya, banyak yang tak sadar tentang krisis air ini. Masyarakat seenaknya mengeksploitasi air tanpa batas,” imbuhnya.

    Contoh kecil eksploitasi air bersih itu bisa dilihat seperti contoh di atas. Para petani berlomba-lomba menyedot air tanah dengan mesin diesel selama berhari-hari. Wajar, jika para pecinta lingkungan mengelus dada lantaran air bersih dikuras besar-besaran sekadar untuk mengairi sawah. “Apalagi pola tanam petani kita adalah padi-padi-padi. Dan kecenderungannya memakai air berlebihan,” lanjutnya.



    Editor : Aries Susanto

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.