BANJIR BOJONEGORO : 549 Ha Sawah Bojonegoro Gagal Panen, Dispertan Ajukan Klaim Asuransi

BANJIR BOJONEGORO : 549 Ha Sawah Bojonegoro Gagal Panen, Dispertan Ajukan Klaim Asuransi Ilustrasi sawah (Dok. SOLOPOS)

    Dinas Pertanian Bojonegor mengajukan klaim asuransi untuk petani gagal panen.

    Madiunpos.com, BOJONEGORO -- Bencana banjir yang menerjang Kabupaten Bojonegoro menyebabkan kalangan petani gagal panen karena tanaman padi terendam air dalam waktu cukup lama.

    Terkait hal itu, Dinas Pertanian (Dispertan) Bojonegoro mengajukan klaim Asuransi Usaha Tanam Padi (AUTP) untuk tanaman padi seluas 549,064 hektare di Kecamatan Baureno dan Kanor yang gagal panen kepada PT Jasa Asuransi Indonesia (Persero).

    "Luas tanaman padi yang diajukan memperoleh klaim AUTP seluas 549,064 hektare karena gagal panen terendam air banjir luapan Bengawan Solo. Sebagian sudah proses verifikasi, lainnya masih dalam tahap usulan," kata Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Ahmad Djupari, di Bojonegoro, Senin (26/3/2018).

    "Di Kanor dan Baureno, banjir luapan Bengawan Solo terjadi tiga kali selama musim hujan," tambah dia.

    Dia merinci dari tanaman padi seluas 549,064 hektare itu, yang sudah selesai proses verifikasi lapangan oleh PT Jasa Asuransi Indonesia yaitu seluas 390,064 hektare di sejumlah desa di Kecamatan Baureno.

    Sedangkan tanaman padi seluas 99 hektare juga di sejumlah desa di Kecamatan Baureno, sudah masuk pengajuan memperoleh klaim AUTP, tetapi PT Jasa Asuransi Indonesia belum melakukan verifikasi.

    Saat ini, lanjut dia, petugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Kecamatan Kanor, juga memproses pengajuan klaim AUTP untuk tanaman padi seluas 60 hektare di Desa Kabalan, Kecamatan Kanor, yang juga gagal panen akibat terendam air luapan Bengawan Solo.

    Dia menyebutkan tanaman padi yang terendam air banjir di sejumlah desa di Kecamatan Kanor dan Baureno, rata-rata usianya berkisar 45-60 hari.

    Sesuai ketentuan, menurut dia, tanaman padi yang bisa memperoleh klaim AUTP yang besarnya Rp6 juta/hektare, dengan membayar premi Rp36.000/hektare, apabila tingkat kerusakannya cukup parah.

    Ia menambahkan luas tanaman padi yang masuk program AUTP terutama di daerah langganan banjir Bengawan Solo di sejumlah kecamatan terus meningkat, selain tanaman padi di daerah yang rawan mengalami kekeringan.

    "Program AUTP tidak hanya untuk tanaman padi pada musim hujan. Tapi juga musim kemarau. Sekarang ini sejumlah petani di Kecamatan Tambakrejo, juga memproses pengajuan AUTP untuk tanaman padi musim kemarau," tuturnya.



    Editor : Rohmah Ermawati

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.