Hapus Istilah Santet, Perdunu Masih Pertahankan Kata Dukun

Ketua Umum Perdunu, Gus Abdul Fatah Hasan, mengatakan kata santet memiliki makna yang tabu dan menimbulkan keresahan di masyarakat.

Hapus Istilah Santet, Perdunu Masih Pertahankan Kata Dukun Perdunu sepakat tak menggunakan istilah santet lagi. (Ardian Fanani/detikcom)

    Madiunpos.com, BANYUWANGI - Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) Indonesia akhirnya memutuskan menghapus kata Santet dalam Festival Santet, yang beberapa hari ini menjadi pergunjingan masyarakat. Tapi mereka tetap menggunakan kata dukun dalam perkumpulan yang mewadahi para paranormal tersebut.

    Ketua Umum Perdunu, Gus Abdul Fatah Hasan, mengatakan setelah menggelar rapat internal, pihaknya sepakat menghilangkan istilah santet dalam setiap kegiatan Perdunu.

    Profesor Unair Sebut Covid-19 Buatan

    "Hasil dari rapat di internal Perdunu, Perdunu sepakat untuk tidak menggunakan santet dalam setiap kegiatan yang digelar Perdunu," katanya saat konferensi pers di Aula Kantor PCNU Banyuwangi, Rabu (10/2/2021).

    Keputusan ini diambil berdasarkan masukan-masukan dalam forum klarifikasi di Kantor Disbudpar Banyuwangi beberapa hari yang lalu. Kata santet, ujarnya, memiliki makna yang tabu dan menimbulkan keresahan di masyarakat.

    "Selain permintaan Pemda, kesannya memang membuat resah kata-kata santet ini. Kemudian itu [Festival Santet] juga masih wacana untuk program kerja. Jadi masih belum final," imbuhnya.

    Hanyut ke Laut dan Bergeser 1 Km, Masjid Apung Pacitan Berhasil Ditarik ke Pantai

    Sambut Positif

    Kendati demikian, kata Gus Fatah, pihaknya belum bisa mengganti kata dukun dalam penamaan organisasi tersebut. Hal ini dikarenakan makna dari kata dukun tersebut masih bias. Untuk itu, pihaknya memilih melakukan kajian terlebih dahulu baru kemudian memutuskan untuk mengganti atau tidak kata dukun tersebut.

    "Perdunu dengan kepanjangan Persatuan Dukun Nusantara Indonesia. Penggunaan dukun sementara masih akan digunakan," tegasnya.

    "Kita akan mengkaji lebih dalam lagi, dari segi bahasa, budaya. Kami belum memiliki referensi untuk memutuskan apakah digunakan apa dihapus. Baru setelah diputuskan, nanti akan kita daftarkan ke Kemenkum HAM," pungkasnya.

    Muhammadiyah: Awal Ramadan 13 April, Lebaran 13 Mei

    Pemkab Banyuwangi menyambut positif penghapusan istilah santet. Namun demikian, pihaknya masih berharap agar stigma dalam kata dukun juga menjadi pertimbangan selanjutnya.

    Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Mohammad Yanuarto Bramuda, mengatakan pihaknya sudah mendengar rilis resmi Perdunu yang menghapus istilah Santet, tapi mempertahankan kata dukun dalam perkumpulan itu.

    "Ya sudah ada keputusan dari Perdunu menghapus kata santet. Tapi masih mempertahankan kata dukun. Kami mengapresiasi hal itu," ujarnya.

    Pandemi Covid-19 Bikin Job Pawang Hujan pun Sepi

    10 Tahun

    Namun menurutnya, pihaknya masih berharap agar stigma dalam kata dukun juga menjadi pertimbangan untuk diganti atau diubah. Hal ini seiring dengan keresahan masyarakat yang masih memberikan stigma dalam istilah dukun.

    "Pertemuan Senin kemarin kita usulkan nama istilah yang menjadi polemik di masyarakat dihindari. Kata santet, dukun, dan mistis cobalah untuk tidak merusak image yang sudah dibangun selama 10 tahun ini. Kita harap teman Perdunu merespons," tegasnya.

    "Mengubah image santet butuh waktu lama. 10 tahun. Ini upaya Pemkab mengubah hal itu. Kita dorong semua masyarakat dan anak Banyuwangi bersatu menyampaikan ini keluar. Agar tidak ada kesan negatif kota Banyuwangi," imbuhnya.

    Terlilit Utang Arisan Online, ART di Malang Curi Harta Majikan

    Bram berharap polemik tentang kata dan kalimat yang menyinggung keresahan masyarakat segera diubah. Sehingga kesan negatif yang muncul pun bisa diminimalisasi.

    "Bukan kami mau melarang adanya organisasi yang tumbuh di Banyuwangi. Tapi Bagaimana pun kita menanggapi keresahan masyarakat. Logo-logo kami sarankan agar jangan menyinggung pihak yang sudah ada. Kata santet, dukun, mistis dan berbau negatif hendaknya bisa diubah karena masyarakat resah,"pungkasnya.

    Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dan Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Banyuwangi sebelumnya melakukan klarifikasi kepada Perdunu Indonesia, terkait polemik yang terjadi saat ini.

    Ugal-Ugalan! Bus Mira Tabrak Truk Ayam di Madiun, 1 Orang Tewas

    Kegiatan digelar di Aula Disbudpar Banyuwangi, Senin (8/2). Hadir dalam acara itu, Ketua MUI KH Muhammad Yamin, Kepala Disbudpar Banyuwangi MY Bramuda, Kepala Kesbangpol dan beberapa ormas seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan anggota Perdunu Indonesia.



    Editor : Haryono Wahyudiyanto

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.