INDUSTRI MEBEL : 50% Pasar Dikuasi Mebel Impor, Pengusaha Lokal Perlu Strategi Jitu

INDUSTRI MEBEL : 50% Pasar Dikuasi Mebel Impor, Pengusaha Lokal Perlu Strategi Jitu Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

    Industri mebel butuh strategi jitu mengingat saat ini 50% pasar mebel dikuasi produk impor.

    Madiunpos.com, SURABAYA — Pengusaha mebel dinilai perlu menerapkan strategi marketing yang jitu, terutama dari sisi promosi mengingat sekitar 50% pasar mebel di segmen menengah ke bawah telah dikuasai produk impor.

    CEO MM Galleri Group, Peter S. Tjioe mengakui selama ini banyak pengusaha mebel yang terkonsentrasi pada produk ekspor. Padahal pasar domestik masih sangat terbuka lebar terutama di segmen menengah ke bawah.

    Hanya saja, lanjutnya, pengusaha mebel dalam negeri kalah dalam hal marketing dan promosi produknya meski produk yang dibuat tidak kalah kualitasnya. "Mindset pengusaha kita masih sekadar produksi tapi marketing kurang bisa. Padahal pasar domestik harus bisa dikuasai sendiri, pengusaha harus berani promosi, harus berani masuk koran, Internet, bahkan kalau perlu ngundang artis," katanya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) di Surabaya, Senin (8/2/2016).

    Selain itu, lanjut Peter, promosi juga bisa dilakukan dengan membuka showroom dengan penataan yang menarik. Sejauh ini, displai produk mebel di segmen menengah pun masih asal-asalan.

    "Kita harus mengubah mindset konsumen kita yang selama ini bangga dengan produk impor. Padahal untuk mebel barangnya besar tapi bisa dijual dengan harga murah, bisa saja itu mebel bekas tapi diberi label," imbuh pengusaha mebel dan marmer ini.

    Dia menambahkan, untuk pasar domestik sebenarnya pengusaha mebel kebanyakan menggarap produk kitchen set, sementara produk mebel memiliki banyak ragam seperti dinning set, sofa yang banyak digarap oleh produk asing dari Tiongkok dan Malaysia.

    Tak Bisa Dibatasi
    Ketua Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) Jatim, Nur Cahyudi menambahkan kehadiran produk impor di Indonesia memang tidak bisa dibatasi apalagi dicegah karena konsumen berhak memilih produk yang diinginkan. Bahkan, produk mebel asing memang cenderung lebih murah dibandingkan produk sendiri sehingga konsumen di segmen menengah bawah lebih memilih produk impor.

    Kondisi itu, kata Nur, disebabkan oleh biaya produksi lokal tergolong lebih mahal dibanding produk asing. "Faktor penyebab tingginya biaya produksi kita ini banyak sekali, mulai dari suku bunga, biaya distribusi, komponen aksesoris yang harus impor, produktivitas tenaga kerja yang masih rendah, dan kebijakan upah pekerja yang diluar kemampuan pabrikan," jelasnya.

    Nur menambahkan, meski pemerintah kerap membantu promosi melalui pameran tetapi dinilai belum efektif lantaran tidak terorganisir dengan baik. Setelah menggelar pameran, hampir tidak pernah ada evaluasi produk unggulan agar ke depan produk unggulan bisa diperbanyak produksinya.



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.