INFLASI JATIM : Daging Ayam Penyumbang Terbesar Inflasi di Malang

INFLASI JATIM : Daging Ayam Penyumbang Terbesar Inflasi di Malang Ilustrasi perdagangan daging ayam. (JIBI/Solopos/Dok.)

    Inflasi Jatim di Malang dominan dipengaruhi kenaikan harga daging ayam.

    Madiunpos.com, MALANG — Daging ayam menjadi penyumbang terbesar inflasi Januari 2016 di Kota Malang yang mencapai 0,58%.

    Kepala Badan Pusat Statistik Kota Malang M. Sarjan mengatakan dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok pengeluaran mengalami inflasi dan satu kelompok pengeluaran mengalami deflasi yaitu kelompok bahan makanan 2,63%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,89 %; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan akar 0,52 %; kelompok sandang 1,68%; kelompok kesehatan 0,19%; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,10 %; dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan -1,44%.

    “Sepuluh komoditas teratas yang mengalami kenaikan harga pada Januari 2016, yaknidaging ayam ras, rokok kretek filter, telur ayam ras, emas perhiasan, pemeliharaan/ servis, bawang merah, tarip listrik, beras, bawang putih, dan melon,” ujarnya di Malang, Senin (1/2/2016).

    Sedangkan sepuluh komoditas terbesar yang mengalami penurunan harga pada Januari 2016 adalah bensin, angkutan udara, cabai merah, pir, telepon seluler, solar, wortel, ketimun, tongkol pindang, dan angkutan antarkota.

    Tingkat inflasi tahun kalender Januari 2016 ini tercatat 0.58 %, sedangkan tingkat inflasi bulan ke bulan (Januari 2016 terhadap Desember 2015) sebesar 3.88 %.

    Tarif Listrik
    Pada 1 Januari 2016 PT PLN resmi melakukan penyesuaian tarif listrik untuk golongan tariff adjustment termasuk untuk golongan 1.300 VA dan 2.200 VA yang mengalami kenaikan tarif listrik sebesar 11 %. Penyesuaian tersebut merupakan pelaksanaan penundaan tariff adjustment yang seharusnya telah dilakukan sejak Mei 2015.

    Kelompok komoditas yang memberikan andil inflasi pada Januari 2016, yakni kelompok bahan makanan 0,4936 %;  kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,1472 %; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,1288 %; kelompok sandang 0,0902% ; kelompok kesehatan 0.0085, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, 0,096 %; dan kelompok transportasi, komunikasi,dan jasa keuangan -0.2914 %. Kelompok bahan makanan pada  Januari 2016 mengalami inflasi 2,63 % atau terjadi kenaikan angka indeks dari 130,85 pada Desember 2015 menjadi 134,29 pada Januari 2016 .

    Dari 11 sub kelompok dalam kelompok bahan makanan delapan sub kelompok mengalami inflasi dan 2 sub kelompok mengalami deflasi dan satu sub kelompok tidak mengalami perubahan angka indeks. Inflasi tertinggi terjadi di sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 5,52%, diikuti sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 5,44 %, sub kelompok telur susu dan hasil-hasilnya sebesar 4,22 %, sub kelompok sayur-sayuran sebesar 4,19%, sub kelompok buah-buahan sebesar 1,70%, sub kelompok padi-padian umbi-umbian dan hasilnya sebesar 1,25 %, sub kelompok ikan segar sebesar 0,73 %, dan sub kelompok lemak dan minyak sebesar 0,57%. Sub kelompok bahan makanan lainnya tidak mengalami perubahan angka indeks.

    Ada Deflasi
    Sedangkan 2 sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok ikan diawetkan 0,66% dan sub kelompok kacang-kacangan sebesar 0,06%. Kelompok ini pada Januari 2016 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0.4936 %. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi a.l daging ayam ras sebesar 0,1244%, telur ayam ras sebesar 0,0965%, bawang merah sebesar 0,0703 %, beras sebesar 0,0493%, bawang putih sebesar 0,0365%, melon sebesar 0,0314%, pisang sebesar 0,0281%, cabai rawit sebesar 0,0262 %, kentang sebesar 0,0234%, selada/ daun selada sebesar 0,0223%.

    Sementara itu, komoditas yang memberikan sumbangan deflasi a.l cabai merah sebesar 0,0345%, pir sebesar 0,0337%, wortel sebesar 0,0120%, ketimun sebesar 0,0094%, tongkol pindang sebesar 0,0069%, minyak goring sebesar 0,0057%, lele sebesar 0,0056 %, labu siam/ jipang sebesar 0,0053 %, apel sebesar 0,0049%.

     



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.