INFLASI JATIM : Dihambat Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan, Laju Inflasi Jatim 3,08%

INFLASI JATIM : Dihambat Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan, Laju Inflasi Jatim 3,08% Ilustrasi inflasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

    Inflasi Jatim selama tahun 2015 ditandai oleh enam kelompok pengeluaran, sementara satu dari tujuh kelompok pengeluaran yang didata BPS Jatim justru menunjukkan deflasi.

    Madiunpos.com, SURABAYA — Laju inflasi di Jawa Timur pada Desember 2015 mencapai 3,08%, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014 yang mencapai 7,77%. Laju inflasi Jatim hingga akhir tahun 2015 itu bahkan lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang mencapai 3,35%.

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur M Sairi Hasbullah dalam keterangan persnya, Senin (4/1/2016), mengatakan selama tahun 2015 dari tujuh kelompok pengeluaran yang terdata, enam kelompok mendorong terjadinya inflasi dan satu kelompok pengeluaran menghambat terjadinya inflasi (deflasi). Kelompok pengeluaran yang memberikan sumbangan terjadinya inflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang inflasi 1,07%, kemudian kelompok bahan makanan dengan 0,79%, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dengan 0,74%. Sedangkan, kelompok pendidikan rekreasi, dan olah raga inflasi sebesar 0,38%, kelompok kesehatan inflasi sebesar 0,23%, dan kelompok sandang inflasi 0,16%.

    "Untuk kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,29%," kata Sairi.

    Terkait komoditas yang memberikan sumbangan terbesar inflasi Jatim sepanjang 2015, Sairi menyebutkan ada sepuluh komoditas, yakni beras, tarif kereta api, daging ayam ras, tukang bukan mandor, akademi atau perguruan tinggi, tarif listrik, rokok kretek filter, angkutan udara, bawang merah dan bawang putih.  Sementara itu, sepuluh komoditas yang memberikan sumbangan terhadap terjadinya deflasi sepanjang 2015 adalah bensin, cabai rawit, canai merah, minyak goreng, semen, angkutan dalam kota, batu bata atau batu tela, solar, besi beton dan emas perhiasan.

    Lebih lanjut, Sairi mengatakan terkait adanya kenaikan atau penyesuaian tarif listrik yang dipicu kebijakan pemerintah untuk golongan tarif adjustment golongan 1.300 VA dan 2.200 VA yang mengalami kenaikan 11 persen per 1 Desember 2015 juga menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya inflasi.  "Penyesuaian tarif listrik ini merupakan pelaksanaan penundaan tarif adjustment yang seharusnya telah dilakukan sejak Mei 2015," katanya.

    Sementara itu, untuk data di berbagai daerah di Jatim, inflasi tertinggi terjadi di Kota Surabaya yang mencapai 0,94%, Kota Malang 0,89%, Kabupaten Banyuwangi 0,80%, Kota Kediri 0,79%, Kota Probolinggo 0,41%, dan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Jember yang hanya pada kisaran 0,39%.



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.