LONGSOR PONOROGO : Basarnas dan Sukarelawan Bergeser ke Nganjuk

LONGSOR PONOROGO : Basarnas dan Sukarelawan Bergeser ke Nganjuk Sukarelawan terus mencari keberadaan jasad korban longsor Desa Banaran, Ponorogo, Minggu (9/4/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

    Longsor Ponorogo, tim penyelamat bergeser ke Nganjuk untuk mencari korban tanah longsor.

    Madiunpos.com, PONOROGO - Pencarian korban tanah longsor di Desa Banaran Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo telah dihentikan. Pada Senin (10/4/2017), Basarnas dan ratusan sukarelawan yang datang dari berbagai daerah dan lintaskomunitas peduli mulai meninggalkan lokasi bencana tanah longsor di desa tersebut.

    Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ponorogo Setyo Budiono, Senin, mengungkapkan seluruh personel Basarnas dari Jatim, Jateng maupun Jabar yang selama sepekan terakhir melakukan operasi pencarian di Banaran telah digeser menuju lokasi longsor di Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk.

    Sementara untuk sukarelawan, kata dia, sudah terlebih dahulu berangsur meninggalkan Banaran, Kecamatan Pulung, sejak Minggu (9/4/2017). "Sekarang ini relawan yang tersisa paling tinggal 200-an. Tidak banyak, tapi masih ada," ucap dia.

    Setyo memastikan tim tanggap darurat bencana BPBD Ponorogo bersama jaringan relawan daerah masih mampu mengendalikan kegiatan penanganan pascabencana.

    Fokus BPBD sementara ini adalah menyelesaikan pembangunan dua hunian sementara untuk posko pengungsi yang telah mencapai 60 persen.

    Sementara terkait penyaluran bantuan, Setyo Budiono memastikan logistik yang sebelumnya dikendalikan langsung oleh berbagai elemen komunitas peduli bencana banaran telah disalurkan kepada masyarakat, atau sebagian dititipkan ke posko tanggap darurat bencana.

    Penanggulangan bencana tanah longsor di Ponorogo belum sepenuhnya tuntas. Sejak Pemkab Ponorogo memutuskan penghentian menyeluruh operasi pencarian, material longsor masih dibiarkan membentang mulai dari titik nol yang ada persis di bawah lereng Gunung Gede yang amblas dan menimbun 32 bangunan penduduk hingga radius 1,5 kilometer di sektor D.

    Belum ada upaya penataan ataupun normalisasi dilakukan di sepanjang aliran sungai yang tertutup material lumpur yang volumenya diperkirakan mencapai 1 juta meter kubik tersebut.

    Menurut Setyo, BPBD dan dinas terkait sementara masih melakukan pembiaran atas material lumpur yang sempat bergerak turun dalam volume besar dari titik sektor A hingga bawah sektor D yang berjarak lebih dari 1,5 kilometer dan mengenai dua rumah, menimbun satu unit alat berat, dan memutus akses jalan desa tersebut.

    "Nanti akan dilakukan upaya normalisasi saat kondisinya sudah memungkinkan," kata dia.



    Editor : Rohmah Ermawati

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.