LONGSOR PONOROGO : Masa Pengungsian 105 Warga Talun Diperpanjang hingga Kemarau

LONGSOR PONOROGO : Masa Pengungsian 105 Warga Talun Diperpanjang hingga Kemarau Warga membongkar rumah milik Sujar yang letaknya paling atas di Dukuh Krajan, Desa Talun, Kecamatan Ngebel, Ponorogo, Senin (18/4/2016) pagi. (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

    Longsor Ponorogo yang mengancam Desa Talun membuat warga setempat tidak berani kembali ke rumah.

    Madiunpos.com, PONOROGO — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo memperpanjang masa pengungsian seratusan warga Dukuh Krajan, Desa Talun, Kecamatan Ngebel, hingga musim kemarau tiba.

    Hal itu merupakan rekomendasi dari Balai Geologi Bandung yang telah melakukan penelitian di wilayah desa setempat beberapa waktu lalu.

    Sebanyak 105 jiwa dari 39 keluarga di Dukuh Krajan saat ini masih mengungsi di balai desa setempat. Tercatat, warga telah mengungsi dan meninggalkan rumah mereka sekitar satu bulan. Saat ini, tanah di Dukuh Krajan terus mengalami pergerakan, terutama saat terjadi hujan.

    Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Ponorogo, Hery Sulistyono, mengatakan hasil penelitian dari Badan Geologi Bandung mengenai kondisi tanah di Dukuh Krajan telah keluar dan hasilnya kondisi tanah di dukuh setempat sangat labil.

    Untuk itu, rekomendasi yang dikeluarkan Badan Geologi yaitu warga tidak boleh pulang ke rumah mereka hingga musim kemarau tiba.

    Dia menyampaikan kondisi tanah di Dukuh Krajan akan terus bergerak saat diguyur hujan, ini karena di tanah perbukitan itu tersimpan sumber air yang sangat besar.

    “Mau tidak mau ya harus mengungsi hingga musim kemarau, kalau dipaksakan untuk kembali ke rumah akan membahayakan keselamatan mereka sendiri, karena bencana alam bisa datang kapan pun,” jelas dia kepada Madiunpos.com, Jumat (13/5/2016).

    Hery menambahkan kebutuhan logistik untuk para pengungsi sejauh ini masih tercukupi. Selain itu, bantuan berupa makanan siap saji dan beras juga terus mengalir di pengungsian.

    Mengenai rencana relokasi, kata dia, tentu membutuhkan tempat yang luas dan anggaran yang tidak sedikit. Untuk itu, mengenai opsi relokasi masih menjadi perbincangan dengan Pemkab Ponorogo.

    Salah seorang pengungsi, Agus, mengatakan seluruh warga masih mengungsi di Balai Desa Talun.

    Saat pagi, warga kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan rumah dan ke sawah. Menjelang malam, mereka berduyun-duyun kembali ke balai desa untuk beristirahat.

    Menurut dia, warga masih takut karena tanah di rumah mereka terus bergerak meski intensitasnya kecil. Warga juga takut ketika timbul bencana tanah longsor di wilayah mereka.

    “Sebenarnya kami ingin kembali ke rumah, tetapi mau bagaimana lagi, kondisinya serba tidak memungkinkan. Kami mengikuti pemerintah saja,” jelas dia saat dihubungi Madiunpos.com.

    Seperti diberitakan Madiunpos.com, sebanyak 105 jiwa di Dukuh Krajan mengungsi di Balai Desa Talun karena takut adanya bencana tanah longsor. Hal ini karena tanah di dukuh tersebut terus mengalami pergerakan.



    Editor : Rohmah Ermawati

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.