MAKNA PUASA : Puasa dan Kisah Gadis-Gadis di Alun-Alun Kota Madiun

MAKNA PUASA : Puasa dan Kisah Gadis-Gadis di Alun-Alun Kota Madiun Salah satu SPG di kawasan Alun-Alun Kota Madiun menawarkan jasa tukar uang baru. (JIBI/Solopos/Aries Susanto)

    Makna puasa bukan sekadar menahan keinginan makan, minum, atau nafsu syahwat. Namun juga keinginan untuk memandang.

    Madiunpos.com, KOTA MADIUN – Senja hari menjelang mentari lingsir, tengoklah suasana di Alun-Alun Kota Madiun. Di sana, keriuhan suasana begitu nampak nyata. Puluhan bahkan seratusan lebih pedagang makanan-minuman takjil dengan selera menggoda bermunculan. Ada anak-anak muda, kaum tua, hingga rombongan pengemis berharap berkah di sana.

    “Lumayan, untuk mengisi waktu buka puasa. Kadang-kadang bawa anak dan istri juga,” kata Saiful, warga Jiwan, Madiun menikmati waktu buka puasa di Alun-Alun Kota Madiun , Selasa (30/6/2015).

    Ngabuburit. Itulah tradisi yang entah sejak kapan mulai ngetren di Indonesia, tak terkecuali di Kota Madiun. Alun-alun sebagai ruang publik pun menjadi arena perebutan kepentingan ekonomi, sosial, dan budaya. Ada masjid, jalan raya, taman, pertokoan, dan juga trotoar. Dan potret kehidupan yang penuh heterogen pun tergambar di sana.

    Yang menarik barangkali ialah kemunculan gadis-gadis perparas ayu akhir-akhir ini. Mereka berdandan cukup seksi, make up yang aduhai, sapaan dan tawa renyah yang bikin gemes. Tentu saja, tujuannya sama; meramaikan senja menjelang beduh Magrib ditabuh dengan menjajakan makanan dan minuman takjil, hingga jasa tukar uang baru.

    Tentu saja, pemandangan ini menjadi sangat “sesuatu” di tengah orang-orang harus kuat menahan keinginan, khususnya kaum Adam. Sebagian merasa senang dan terhibur dengan pemandangan yang cukup menyegarkan itu. Sebagian menilai bahwa kemunculan gadis-gadis berparas ayu itu adalah kawah candradimuka untuk mengukur kualitas puasa diri sendiri. Apakah turut “menikmatinya” atau menahannya?

    “Orang puasa itu kan ada tiga tingkatan. Kalau sekadar tak makan, minum, dan menahan syahwati, itu tingkatan orang biasa. Tapi, kalau bisa menahan panca indera dari hal-hal yang dimakruhkan, itu baru tingkatan kedua,” ujar KH Iskandar, pengasuh Masjid Agung Kota Madiun kepada Madiun Pos.

    Nah, apakah Anda tertantang untuk menguji kualitas puasa Anda?



    Editor : Aries Susanto

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.