MASYARAKAT EKONOMI ASEAN : Produsen Karung Plastik Jatim Risau Jelang MEA 2015

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN : Produsen Karung Plastik Jatim Risau Jelang MEA 2015 Ilustrasi MEA (JIBI/Bisnis.com/Colourbox-com)

    Masyarakat Ekonomi Asean dikhawatirkan memukul industry karung plastik Jatim.

    Madiunpos.com, SURABAYA — Kalangan pengusaha tenun plastik pembuatan karung plastik di Jawa Timur waswas terhadap iklim usaha plastik yang semakin tinggi persaingannya, terutama menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.

    Ketua Gabungan Industri Aneka Tenun Plastik Indonesia (GIATPI) Jawa Timur Woeidi Orso mengatakan industri di sektor tenun plastik bukan saja bakal kalah bersaing dengan produk impor yang menawarkan harga lebih rendah, tetapi juga bakal kalah dengan produk lokal buatan daerah lain. “Industri kami sedang risau karena produk sejenis dari Vietnam bakal menyerbu ke sini. Bahkan produk karung plastik dengan harga lebih murah dari luar Jatim sudah banyak yang masuk,” katanya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) di Surabaya, Senin (10/8/2015).

    Dia menjelaskan harga produk tenun plastik di luar Jatim bisa lebih rendah mengingat biaya produksinya juga rendah dibandingkan dengan komponen biaya produksi di Jatim yang lebih tinggi, misalnya dari sisi upah minimum kota/kabupaten (UMK) dan upah sektoral yang mencapai 60%. “Kami tidak saja harus membayar upah karyawan sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah, tetapi untuk sektor ini juga dikenakan upah sektoral di ring I sampai 10%, sedangkan untuk perusahaan PMDN kena 8%,” jelasnya.

    Musim Kemarau Panjang
    Hingga semester I tahun 2015 ini, tingkat utilisasi pabrik tenun plastik atau karung plastik masih stagnan, yakni mencapai 80% dari total kapasitas di Jatim yang 16.000 ton/bulan. Kondisi tersebut juga diperparah oleh musim kemarau yang diperkirakan berkepanjangan hingga November 2015, serta turunya harga komoditi pertanian. “Produk karung plastik kami akan terdampak karena selama ini bergantung oleh hasil-hasil komoditas pertanian,” imbuh Woedi.

    Dia menambahkan faktor bahan baku produk tenun plastik juga sangat mempengaruhi daya saing produsen karung plastik di Jatim menjelang Masyarakat Ekonomi Asean. Apalagi bahan baku plastik polipropilena masih harus impor karena suplai dari dalam negeri tidak mencukupi.

    Diketahui, saat ini di Indonesia hanya mampu memproduksi bahan baku plastik 800.000 ton/tahun, sedangkan kebutuhannya mencapai 1,4 juta ton/tahun sehingga harus impor mencapai 600.000 ton/tahun. “Harga bahan baku semakin mahal karena nilai tukar rupiah terhadap dolar ini cukup tinggi, belum lagi ditambah bea masuk 10% untuk impor bahan baku plastik,” ujarnya.

    Menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 ini, industri tenun plastik Jatim pun meminta perhatian pemerintah agar tetap bisa bertahan. Misalnya, membantu meningkatkan produktivitas karyawan melalui berbagai pelatihan kerja yang selama ini kurang tersentuh.

    Upah Terlampau Tinggi
    Menurut Anggota GIATPI Jatim, Irwan Susanto, ketika upah karyawan naik, harus diimbangi dengan produktivitas karyawan. Namun yang terjadi saat ini, produktivitas pekerja tidak sesuai dengan tingkat kenaikan upah yang terlampau tinggi.

    Solusi lain agar industri tenun plastik ini bisa tumbuh, diharapkan pemerintah mulai menggenjot belanja pembangunan infrastruktur agar produk geotex--tenun plastik yang khusus digunakan untuk alas pembangunan jalan--bisa terserap.

    “Potensi pasar untuk produk tenun plastik ini sebenarnya sangat besar, tetapi memang butuh perhatian serius dari pemerintah,” katanya.

    Dia menambahkan, bila kondisi usaha tetap stagnan bahkan semakin turun, diperkirakan akan banyak pabrik tenun plastik yang melakukan relokasi, bahkan bisa tutup.

    “Sebenernya rencana relokasi itu sudah ada, tetapi tidak mudah mencari lokasi yang didukung fasilitas infrastruktur dan logistik yang baik, termasuk besarnya biaya relokasi dan mencari tenaga kerja baru,” imbuhnya.

     

     



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.