Menjaga Kerusakan Hati dengan Herbal di Saat Pandemi

Bicara tentang jamu atau herbal adalah bicara sesuatu yang sudah establish di masyarakat Indonesia dan dunia sejak dahulu kala.

Menjaga Kerusakan Hati dengan Herbal di Saat Pandemi Solopos Focus Discussion bertema Peran Liver dan Daya Tahan Tubuh di Era Pandemi yang disiarkan secara online Kamis (19/11/2020).

    Madiunpos.com, SOLO -- Bicara tentang herbal adalah bicara sesuatu yang sudah establish di masyarakat Indonesia dan dunia. Jamu atau tanaman herbal sudah ditemukan di relief Candi Borobudur dan Serat Centini sebagai bukti herbal sudah dimanfaatkan sejak zaman nenek moyang.

    "Namun saat ini masyarakat era modern perlu adanya bukti ilmiah [manfaat herbal] untuk bisa dimanfaatkan masyarakat dan dipertanggungjawabkan secara medis," ujar peneliti sekaligus dokter di RRJ, Zuraida Zulkarnain dalam bincang kesehatan Solopos Focus Discussion bertema Peran Liver dan Daya Tahan Tubuh di Era Pandemi yang disiarkan secara online Kamis (19/11/2020).

    Menurut peneliti dan dokter di RRJ Hortus Medicus B2P2TOOT itu, infeksi Covid-19 tidak hanya dipengaruhi tubuh seseorang. Infeksi Covid-19 juga dipengaruhi oleh tiga faktor yakni agent, host, dan environment. Agent adalah penyebab penyakit yaitu virus SARS-Cov-2 yang dipengaruhi oleh  strain, pathogenicity, dan virulence.

    "Jadi Covid-19 itu ada beberapa strain, di mana Covid-19 yang ada di  Indonesia berbeda dengan negara lain. Kalau kita lihat di Amerika, Italia, dan Inggris jumlah kasus dan kematian akibat Covid-19 cenderung lebih  tinggi," ujarnya.

    Dari faktor environment atau lingkungan, Indonesia sendiri beruntung  karena sebagi negara tropis memiliki paparan intensitas matahari di mana ketahanan virus tidak selama di negara-negara yang dingin.

    Host atau tubuh manusia ada faktor seperti umur seperti balita yang imunitas belum terbentuk sempurna sehingga mudah terpapar virus. Kemudian gender di mana menurut penelitian laki-laki cenderung lebih rentan kena virus corona karena ada gen yang hanya ada pada pria yang memungkinkan virus lebih mudah menyebar. Kemudian soal perilaku misalnya laki-laki cenderung lebih banyak yang merokok, selain soal kepatuhan.

    Komorbiditas juga memengaruhi faktor persebaran Covid-19. Beberapa penyakit tertentu mempermudah atau memperparah kondisi pasien Covid-19 seperti diabetes, kardiovaskuler, hingga kegemukan.

    Peran Herbal

    Sementara terkait apakah tubuh kita lebih mudah terkena virus, menurut Zuraida ini kaitannya dengan imunitas tubuh. "Herbal atau jamu dapat memengaruhi imunitas tubuh melalui aktivitas dari kandungan senyawa aktifnya yang dapat bertindak sebagai antioksidan dan antiinflamasi," ujarnya.

    Tubuh harus berada dalam kondisi imun yang optimal untuk bisa melawan virus. Namun dalam kehidupan kondisi imun tidak seimbang karena stres berlebihan, infeksi, beberapa penyakit.

    “Tanaman herbal memilikil antioksidan yang memangsa gugus radikal bebas atau Reactive Oxigen Species (ROS). Jika, ROS ini menumpuk dalam tubuh bisa menyebabkan ketidakseimbangan sistem imun dalam tubuh,” tutur Zuraida.

    Selain, sebagai antioksidan herbal juga diperkaya anti inflamasi yang melawan, mencegah atau mengurangi keluarnya agen-agen yang menginflamsi, serta membantu tubuh untuk memproduksi agen-agen antiinflamasi.

    Tanaman herbal seperti kunyit, temulawak, jahe, daun jambu, meniran, sambiloto, kelor, bawang putih. Juga mampu, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kesehatan hati (liver).

    Curmino Jamu Iboe

    Sebuah penelitian, yang melibatkan 200 responden yang memiliki gangguan fungsi hati ringan dengan kadar Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) 2-3kali dari normal, mengungkap terjadi penurunan SGPT setelah mengonsumsi jamu dalam kurun waktu 3 pekan. Kemudian, SGPT menjadi normal setelah 6 pekan.

    Kandungan dalam jamu tersebut ialah 28 gram rimpang kering temulawak, 6 gram rimpang kering kunyit, 12 gram daun jombang. Taraskum atau jombang, bisa menghambat penerasi sel virus, mencegah oksidasi kolagen dan sel. Sedangkan temulawak tidak hanya mengandung curcumin, namun juga xanthorizel.

    Xanthorizel bisa memperbaiki jaringan sel hati. dimana pada kondisi yang membetuk jaringan parut di hati, bisa dihambat oleh temulawak dengan xanthorizel-nya maupun kunyit dengan curcumin-nya,” tuturnya.

    Tidak untuk Mengobati

    Meskipun, telah digunakan sejak dahulu, masyarakat modern tak begitu percaya begitu saja. Sehingga perlu diuji kebenarannya melalui penelitian yang mendalam. Namun, akibat pandemi banyak orang yang peduli kesehatan hingga penjualan produk jamu mengalami peningkatan.

    “Luar biasa menurut saya karena jamu yang bahan mentah pun, dipasar-pasar terjadi rush. Ini mungkin fenomena unik menurut saya, terutama di produk jamu,” ujar Product Group Manajer PT Jamu Iboe Jaya, Perry Angglishartono, dalam kesempatan yang sama.

    Tanaman maupun obat-obatan herbal menjadi salah satu andalan dalam untuk meningkatkan imunitas tubuh. Melalui aktivitas kandungan senyawa aktifnya yang bertindak sebagai antioksidan dan antiinflamasi, tanaman herbal mampu mempengaruhi imunitas tubuh

    Perusahaan Jamu Iboe yang berdiri 1910, ikut mendukung peningkatan imun dan juga kesehatan hati. Produknya seperti Curmino, Curmino plus Neo, dan Sambiloto, sehingga dapat mudah diminum oleh berbagai kalangan.

    Selain ekstrak kapsul, masih ada produk minuman herbal yang diklaim tanpa rasa pahit dengan temulawak, jahe, kulit manggis. Minuman ini juga bisa diminum sehari-hari seperti teh dan mematahkan bahwa anggapan bahwa jamu itu pahit. Untuk mendaptakan semua produk tersebut , konsumen juga mudah mendapatkannya di supermarket, toko jamu, apotek maupun online marketplace.

    Sementara itu menurut dr. Zuraida jamu itu tidak untuk mengobati, melainkan untuk melindungi sel hati dari kerusakan dan memperbaiki sel hati yang rusak.

    Oleh karena itu, sangat penting menjaga kesehatan hati dengan menjaga pola hidup sehat, menghindari alkohol, serta makanan yang pengawet dan pewarna. Selain itu, menjaga berat badan dan kebersihan. Sebab, gangguan liver biasanya terdekteksi pada tahap lanjut. Sedangkan, pada tahap awal sering tidak ada tanda ataupun gejala.

    Penting juga, untuk melakukan general check up minimal satu tahun sekali. “Kita juga harus mengurangi makanan yang berlemak dan berminyak, makanan instan yang berpengawet dan berperwarna, kemudian juga menjauhi obat–obatan yang keras seperti parasetamol dan analgelsik yang lain,” ujar Zuraida.



    Editor : Anik Sulistyawati

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.