Museum Mahanandi Surabaya Koleksi Patung Mater Dolorosa

Museum Mahanandi Surabaya Koleksi Patung Mater Dolorosa Johan Yan, pendiri Museum Mahanandi menunjukkan koleksi museum tersebut (JIBI/Solopos/Antara)

    Museum Mahanandi Surabaya mengoleksi tiga dokumen gereja yang berkaitan dengan Natal.

    Madiunpos.com, SURABAYA -- Museum Mahanandi di Jalan Raya Jemursari 85-B, Surabaya, mengoleksi tiga dokumen gereja yang berkaitan dengan perayaan Natal yakni patung kayu Mater Dolorosa, manuskrip Vita Di Sisto V-1777, dan manuskrip perkamen Al-Kitab berbahasa Semit Ge'ez.

    "Sepertiga umur saya untuk mengumpulkan semua harta gereja, saya bercita-cita mengumpulkan dan menyelamatkan harga gereja dari seluruh penjuru dunia, jika ada yang memintanya akan saya berikan tanpa kompensasi, asal ada permintaan uskup," kata pendiri Museum Mahanandi, Johan Yan, di Surabaya, Kamis (25/12/2014) sebagaimana ditulis Kantor Berita Antara.

    Penerima penghargaan gelar pangeran kehormatan dari Paku Buwana (PB) XIII Solo dalam bidang kebudayaan (2012) itu mengaku dirinya sudah mengorbankan ratusan juta hingga miliaran rupiah untuk itu, namun dirinya ikhlas bila uskup memintanya untuk kepentingan gereja.

    "Apa yang saya lakukan memang untuk menyelamatkan harta gereja dan selama ini sudah ada gereja yang memintanya tapi sebatas pinjam," kata motivator budaya yang juga pendiri perusahaan motivasi PT Total Quality (Surabaya-Jakarta-Singapura) itu.

    Patung Bunda Maria

    Penerima anugerah kehormatan 10 orang berpengaruh di bidang budaya di Indonesia atau The Outstanding Young Persons (TOYP) oleh Junior Chamber International atau JCI (2012) itu menjelaskan Mater Dolorosa adalah Patung Bunda Maria Berdukacita dari Peru.

    "Patung kayu tahun 1736 itu melukiskan sosok Bunda Maria yang mengalami ekstase kesedihan teramat dalam, karena anaknya tersalib. Bajunya dilukis dengan tinta emas, dan bermahkotakan perak murni berlambang jilatan api Pentakosta dan malaikat serafin di bagian tengah," katanya.

    Pada tangan kirinya, sosok Bunda Maria itu memegang rosario perak dengan simbol Hati Kudus yang berduka berbentuk iconografi Mater Dolorosa. Patung itu berhiaskan batu permata zambrut di sekujur jubah Bunda Maria berduka cita itu.

    "Mater Dolorosa menggambarkan peristiwa ekstase Bunda Maria berdiri di bawah salib ketika Yesus tergantung disalib dan menyerahkan Maria sebagai Bunda kaum beriman 'ini adalah ibumu' dan menyerahkan para murid kepada Bunda Maria 'inilah anakmu' dan Al-Kitab menjelaskan bahwa sejak saat itu Maria diterima dalam Gereja Perdana sebagai Bunda Gereja," katanya.

    Cagar Budaya
    Menurut Johan Yan, Patung Mater Dolorosa itu merupakan Benda Cagar Budaya Rakyat Peru No. 0519-2013-DRE-DGDP/MC yang memiliki makna penting dalam perkembangan spiritualitas Katholik di Peru.

    "Untuk itulah, Kementerian Budaya Peru yang diwakili Direkturat Kebudayaan Peru (cultural de la republica del Peru), Katie Navarro Vasquez, memberikan surat pengakuan Cagar Budaya kepada Miguel Gil Meza selaku Especialista en Arte, yang menyertai kedatangan patung ini masuk ke Indonesia," katanya.

    Untuk manuskrip Vita Di Sisto V-1777, Johan Yan mengatakan koleksi Museum Vatikan itu merupakan manuskrip tulisan tangan yang ditulis Paus Pius VI yang menceritakan kehidupan Paus Sixtus V.

    "Manuskrip ini sangat penting artinya dalam sejarah kekristenan, sebab manuskrip ini adalah bukti sejarah yang membuktikan keberadaan 'Injil Barnabas' telah dicuri oleh seorang rahib bernama Fray Marin (atau Fra Marino) dari Perpustakaan Paus Sixtus V (1585-1590)," katanya.

    Menurut cerita, Fray Marin adalah teman Paus Sixtus V. Ketika mereka berdua sedang bekerja bersama-sama di perpustakaan Vatikan Roma, tertidurlah Paus dan Fray Marin menemukan "Injil Barnabas", kemudian "Injil Barnabas" disembunyikannya dalam lengan bajunya dan dibawanya ke luar perpustakaan, lalu masuk Islam setelah membacanya.

    "Ternyata, semua kisah tersebut rekaan pengarang Injil Barnabas palsu. Kalau kisah itu benar, tentu manuskrip Vita Di Sisto V-1777 yang merupakan autobiografi Paus Sixtus V itu mencatat adanya legenda 'pencurian' Injil Barnabas itu dan menegaskan adanya pemalsuan Injil Barnabas," katanya.

    Sementara itu, Manuskrip Perkamen Al-Kitab dengan Bahasa Semit Ge'ez merupakan manuskrip Al-Kitab yang sangat kuno yang ditulis tangan dalam bahasa yang saat ini sudah punah dengan cover dari pelepah kayu. "Itu manuskrip bergambar tertua di dunia dengan media Perkamen," katanya.

    Perkamen adalah media untuk menulis yang terbuat dari kulit domba. "Al-Kitab ini sangat langka sebab ditulis dari getah tumbuhan purba dalam bahasa keseharian Israel Kuno yang sudah punah (6 SM-4 M). Ada sosok Bunda Maria dalam karya penyelamatan, jadi penghormatan terhadap Bunda Maria sudah berkembang sejak Kristen Purba," katanya.

    Ia menambahkan Bahasa Ge'ez adalah bahasa liturgis Gereja Ethiopia, suatu cabang bahasa Semit yang berkembang di Ethiopia dan sejak abad ke 6 SM hingga abad ke 4 M dan tidak lagi digunakan dalam percakapan sehari-hari, kecuali untuk kepentingan liturgi ibadat kuno komunitas Yahudi Beta Israel.



    Editor : Rini Yustiningsih

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.