ORMAS GAFATAR : Begini Janji Pakde Karwo kepada Mantan Gafatar

ORMAS GAFATAR : Begini Janji Pakde Karwo kepada Mantan Gafatar Gubernur Jawa Timur Soekarwo meninjau mantan anggota Gafatar di Asrama Transito Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Jatim di Jl. Margorejo, Surabaya, Sabtu (23/1/2016) (JIBI/Solopos/Antara/Fiqih Arfani)

    Ormas Gafatar yang telah membubarkan diri dan anggotannya yang berhijrah ke Kalimantan untuk bercocok tanam kini dipaksa pulang kampung.

    Madiunpos.com, SURABAYA — Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengaku sedang mencarikan solusi bagi mantan anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) agar bisa kembali hidup normal di daerah asal mereka dan diterima oleh lingkungan serta keluarga masing-masing. Ia berjanji akan memberi para mantan anggota Gafatar itu hidup normal.

    "Tentunya hidup normal menurut lingkungan, bukan pendapat individu karena kita hidup ini bermasyarakat," ujarnya saat meninjau Asrama Transito Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Jatim yang dijadikan lokasi penampungan sementara mantan anggota Gafatar, Sabtu (23/1/2016). Pemprov, kata dia, bersama Polri dan TNI masih berupaya mencari jalan agar bisa menyelesaikan masalah ini dan masyarakat mau menerimanya kembali.

    Di asrama calon transigran yang berlokasi di Jl. Margorejo, Surabaya tersebut, mantan anggota Gafatar diinapkan hingga Selasa (26/1/2016). Selama ditampung di asrama transito itu, mereka diberi pembinaan dari tim khusus yang terdiri atas Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan tokoh agama lainnya.

    Pakde Karwo—sapaan akrab Gubernur Soekarwo—juga meminta mereka untuk bersyukur karena sudah selamat tiba di Jatim dan diharapkan bisa sabar sambil menunggu pemerintah bersikap menentukan jalan keluarnya. "Sambil Anda menunggu, silakan merenung, apa penyebab masalah ini bisa terjadi? Ini penting karena merenung adalah bagian dari perubahan diri ke arah yang lebih baik," ucapnya.

    Dipulangkan Paksa
    Madiunpos.com, menyusul pembubaran ormas Gafatar, Agustus 2015 lalu, anggotanya bersepakat hijrah ke luar Pulau Jawa untuk bercocok tanam demi menguatkan ketahanan pangan Indonesia. Ormas yang getol berkegiatan sosial itu membubarkan diri karena permohonan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) kepada Kementerian Dalam Negeri tak kujung diluluskan.

    Menyusul laporan kehilangan keluarga Rica Tri Handayani, seorang dokter yang menyusul hijrah kawan-kawannya ke Kalimantan, Gafatar mendadak menjadi sorotan. Kendati Gafatar selama ini lebih kerap diberitakan karena kiprah mereka di bidang bakti sosial, Majelis Ulama Indonesia (MUI) memperlakukan ormas itu layaknya ormas Islam.

    Dasar sikap MUI yang memosisikan ormas Gafatar sebagai ormas Islam adalah karena berdasarkan hasil penelusuran, kuat dugaan Gafatar sejatinya reinkarnasi dari Al Qiyadah Al Islamiyah yang mereka anggap sebagai Islam yang sesat. Pada kenyataannya, para mantan anggota Gafatar itu tak pernah menyebut diri sebagai pengikut ajaran tertentu.

    Nyatanya, pers mengamplifikasi sikap MUI yang memperlakukan mantan aktivis ormas Gafatar itu selayaknya anggota ormas Islam atau pengikut ajaran Islam sesat. Buntutnya, bedeng-bedeng tempat bermukim mantan anggota Gafatar di wilayah hijrah mereka di Desa Moton Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat dibakar warga.

    Sejauh ini, tak terdengar langkah polisi ataupun aparat lain mengusut pembakaran bedeng-bedeng itu. Sebaliknya, para korban tindakan anarkistis itu kini dipaksa kembali ke kampung halaman masing-masing meskipun kehidupan mereka di tanah perantauan diklaim sudah mulai mapan.

    Sebagai pengganti berbagai aset yang ditinggalkan para mantan anggpta Gafatar itu, Pemprov Jatim menurut pakde karwo, untuk sementara akan menjamin makanan, keamanan, serta fasilitas lain. Termasuk, kata dia, bantuan awal senilai Rp500.000/keluarga untuk sekadar pegangan.

    "Ini untuk pegangan sementara, di sini kami juga sediakan tempat untuk berkumpul dengan keluarga, tapi yang paling penting adalah bisa menata hati dulu. Anda harus berubah, sebab apa yang sudah kami upayakan ini tidak akan ada artinya jika Anda tidak berubah," katanya.

    Dikawal Ketat
    Sementara itu, salah seorang perwakilan mantan anggota Gafatar bernama Imam Mansyur ketika diajak berdialog oleh Gubernur meminta pemerintah memikirkan harta benda di Kalimantan untuk diganti. "Bagaimana caranya harta dan kendaraan kami bisa kembali? Tolong beri kami jawaban," kata pria yang mengaku asal Surabaya tersebut.

    Menanggapinya, Pakde Karwo tersenyum dan memintanya untuk bersabar sembari merenung agar permasalahan yang muncul ke depan bisa terselesaikan terlebih dahulu, khususnya tentang kepulangan mereka di lingkungan asal. Total seluruh mantan anggota Gafatar asal Jatim berjumlah lebih dari 600 orang, namun belum ada data pasti karena masih dilakukan pendataan.

    Untuk data sementara, terdapat 387 orang yang terdiri atas 114 perempuan, laki-laki 90 orang, anak-anak 151 orang, dan 32 bayi. Para pengungsi dibagi dalam sembilan barak, yakni empat barak berbentuk kamar, lima barak berbentuk los yang dilengkapi 60 kamar mandi dengan fasilitas MCK.

    Pengamanan ketat oleh Polri dan TNI juga dilakukan untuk meminimalisasi gangguan keamanan dan ketertiban yang dikhawatirkan terjadi. Para mantan aktivis Gafatar itu tentu saja tak bisa leluasa pergi dari Transito.



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.