ORMAS GAFATAR : Begini Cara MUI Kota Madiun Sambut Mantan Anggota Gafatar...

ORMAS GAFATAR : Begini Cara MUI Kota Madiun Sambut Mantan Anggota Gafatar...

    Ormas Gafatar melibatkan juga warga Kota Gadis, kini setelah bedeng-bedeng mereka di perantauan dibakari, MUI Kota Madiun menyatakan siap menarima kembali mereka di kampung halaman.

    Madiunpos.com, MADIUN – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Madiun berkomitmen siap menyambut kepulangan mantan anggota organisasi kemasyarakatan (Ormas) Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dari Mempawah Kalimantan Barat.

    Seperti diberitakan Madiunpos.com, menyusul pembubaran ormas Gafatar, Agustus 2015 lalu, anggotanya bersepakat hijrah ke luar Pulau Jawa untuk bercocok tanam demi menguatkan ketahanan pangan Indonesia. Ormas yang getol berkegiatan sosial itu membubarkan diri karena permohonan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) kepada Kementerian Dalam Negeri tak kujung diluluskan.

    Menyusul laporan kehilangan keluarga Rica Tri Handayani, seorang dokter yang menyusul hijrah kawan-kawannya ke Kalimantan, Gafatar mendadak menjadi sorotan. Kendati Gafatar selama ini lebih kerap diberitakan karena kiprah mereka di bidang bakti sosial, Majelis Ulama Indonesia (MUI) memperlakukan ormas itu layaknya ormas Islam.

    Dasar sikap MUI yang memosisikan ormas Gafatar sebagai ormas Islam adalah karena berdasarkan hasil penelusuran, kuat dugaan Gafatar sejatinya reinkarnasi dari Al Qiyadah Al Islamiyah yang mereka anggap sebagai Islam yang sesat. Pada kenyataannya, para mantan anggota Gafatar itu tak pernah menyebut diri sebagai pengikut ajaran tertentu.

    Nyatanya, pers mengamplifikasi sikap MUI yang memperlakukan mantan aktivis ormas Gafatar itu selayaknya anggota ormas Islam atau pengikut ajaran Islam sesat. Buntutnya, bedeng-bedeng tempat bermukim mantan anggota Gafatar di wilayah hijrah mereka di Desa Moton Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat dibakar warga.

    Sejauh ini, tak terdengar langkah polisi ataupun aparat lain mengusut pembakaran bedeng-bedeng itu. Tak jelas pula penggantian aset para eks anggota Gafatar yang dibakari massa yang menuduh eks Gafatar sebagai penganut aliran sesat itu. Sebaliknya, para korban tindakan anarkistis itu kini dipaksa kembali ke kampung halaman masing-masing meskipun kehidupan mereka di tanah perantauan diklaim sudah mulai mapan.

    Inilah Langkah MUI
    Menanggapi kisah tragis para mantan aktivis Gafatar itu, Ketua MUI Kota Madiun K.H. Muhammad Sutoyo menyatakan MUI Kota Madiun siap mengislamkan kembali para mantan anggota ormas Gafatar tersebut. Ia akan mendorong mereka membaca dua kalimat syahadat.

    Dia menganggap eks anggota ormas non keagamaan itu telah murtad atau menyimpang dari ajaran agama. “Saya meminta para ulama ikut membimbing ke jalan benar, terhadap mantan anggota Gafatar,” kata Muhammad Sutoyo kepada wartawan setelah menghadiri rapat koordinasi dengan ormas dan Polresta Madiun di Aula Kemenag Kota Madiun, Jumat (22/1/2016).

    Muhammad Sutoyo menjelaskan MUI Kota Madiun bersama ormas Islam lainnya, sepertu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah juga siap melakukan pendampingan kepada mantan anggota Gafatar agar tidak terisolasi setiba mereka di Kota Gadis. Menurut dia, tidak ada umat yang sempurna.

    “Saya meminta masyarakat tidak mengucilkan para mantan Gafatar meski mereka tidak mengetahui seluk beluk ajaran Gafatar yang kenyataannya melanggar akidah agaman dan ideologi bangsa, yaitu Pancasila,” ujar Muhammad Sutoyo.

    Tak Akan Dikarantina
    Muhammad Sutoyo menerangkan alasan mengajak mantan anggota Gafatar untuk mengucapkan syahadat adalah untuk mengembalikan para anggota ormas itu memeluk Islam. Menurut dia, mantan anggota Gafatar telah menyalahi kaidah agama Islam, seperti meyakini bahwa melaksanakan salat dan puasa tidaklah wajib hingga menganggap Muhammad bukan nabi terakhir.

    “Jangan sampai masyarakat mengisolasi mantan anggota Gafatar. Mereka menganggap Gafatar ajaran yang benar, padahal sudah melanggar ideologi Pancasila,” terang Muhammad Sutoyo.

    Muhammad Sutoyo manganggap mantan anggota Gafatar tidak perlu mengikuti karantina karena belum begitu lama, yakni baru beberapa bulan tinggal di Kalimantan. Dia menyebut doktrin sesat dari ormas Gafatar kepada warga asal Kota Madiun masih dangkal.

    “Keyakinan menjadi urusan pribadi seseorang. Apabila seseorang sudah yakin terhadap sesuatu, biar pun dibimbing, tetap sulit dirubah. Saya yakin, mereka itu belum masuk doktrin dalam atau masih tergiur visi yang sejuk,” papar Muhammad Sutoyo.



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.