PENCAK SILAT MADIUN : Inilah Cikal Bakal Lahirnya Dua perguruan Bela Diri Ternama di Jatim

PENCAK SILAT MADIUN : Inilah Cikal Bakal Lahirnya Dua perguruan Bela Diri Ternama di Jatim Dua pemimpin perguruan silat ternama di Madiun, PSHT dan PSH Winongo kompak menjaga kerukunan. (www.shterate.com)

    Pencak silat Madiun melahirkan sejumlah perguruan bela diri yang cukup terkenal. Dua di antaranya ialah Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan PSH Tunas Muda Winongo

    Madiunpos.com, MADIUN—Lahirnya PSHT dan PSH Tuna Muda Winongo tak bisa dilepaskan dari dinamika dan perjalanan panjang organisasi induknya, yakni PSH di bawah maha guru Ki Ngabehi Soerodiwirjo.

    Pada 1922, salah satu murid Ki Ngabehi Soerodiwirjo, Ki Hadjar Hardjo Oetomo memberanikan diri untuk mendirikan perguruan pencak silat sendiri. Sang Eyang Soero, meski tidak memberikan restu namun juga tak bisa melarangnya. Sebab, dalam ajaran Setia Hati, apa yang dilakukan oleh seseorang pada dasarnya merupakan tanggung jawab pribadi.
    Organisasi yang diberi nama Setia Hati Pencak Sport Club inilah yang kemudian menjadi cikal bakal perguruan SH Terate.

    Sebenarnya tujuannya sama, yaitu menyebarkan ajaran Setia Hati. Meski demikian, ada perbedaan model orientasi perjuangan antara sang guru dengan muridnya.

    Eyang Soero lebih berorientasi pada kelompok masyarakat tertentu, yaitu kelas ningrat agar ajaran Setia Hati relatif akan terjaga karena pada kalangan masyarakat tersebut dianggap sudah memiliki stabilitas emosi, sosial, dan finansial.

    Sedangkan Hardjo Utomo lebih berorientasi pada masyarakat luas, terutama kalangan bawah, dan anak usia remaja belasan tahun meski konsekuensinya terjadi distorsi ilmu SH.

    Hal ini tak terlepas dari sepak terjang Ki Hajar kala itu sebagai aktivis pergerakan perintis kemerdekaan bersama Organisasi Boedi Oetomo, Syarekat Islam dan Taman Siswa.

    Adapun, lahirnya SH Tuna Muda Winongo sekitar 1968. Sepeninggalan Eyang Soero pada 10 November 1944 di usia 75, para pemuda mendesak para senior ketika itu, termasuk R. Djimat Hendro Soewarno untuk membangkitkan kembali Perguruan Setia Hati.

    Sekitar 1968, R.Soewarno mendirikan perguruan yang diberi nama Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda. Dilihat dari sejumlah dokumen pribadi, seperti buku Pencak Silat dalam Tiga Zaman dan fakta lapangan seperti lingkungan padepokan Setia Hati Winongo, mereka sangat menjunjung tinggi Eyang Soero sebagai pencetus ilmu SH.

    Sepeninggal Eyang Soero, tepatnya antara tahun 1945-1950 SH lebih dikenal dengan SH Panti yang berpusat di Desa Winongo daerah Sumur Bor, Madiun. Kepimpinan pun dilanjutkan oleh Koesnendar, seorang ningrat berkedudukan bupati. Kemudian pada periode 1950-1978, kepemimpinan beralih ke Hadi Soebroto.

    Kunjungi lebih banyak berita Madiun Raya di http://madiun.solopos.com/.



    Editor : Aries Susanto

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.