PENYERANGAN TAREKAT NAQSYABANDIYAH : “Banyak Orang Beragama, Tapi Kering Religiusitasâ€

Penyerangan Tarekat Naqsyabandiyah di Sumatera Utara mendapatkan kecaman dari berbagai pihak.
Madiunpos.com, NGAWI – Insiden penyerangan yang menimpa jemaah Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Mekar Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara (Sumut), membuat sejumlah tokoh agama dan budaya ngelus dada.
Tokoh budaya Nahdhatul Ulama (NU), Zastrow Al Ngatawi mengatakan, insiden penyerangan kepada jemaah Tarekat Naqsyabandiyah tersebut menunjukkan terjadinya gejala pendangkalan dan pengeringan agama. Agama, imbuh mantan Ketua Sembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU, seolah hanya dimaknai hanya dari sisi ritus yang legal formalistik.
“Itu [penyerangan kepada jemaah Tarekat Naqsyabandiyah] adalah gejala orang beragama yang kering spiritualitas. Padahal, agama itu harus ada spiritualitas,†jelas Zastrow saat berbincang dengan Madiun Pos di Ngawi, Minggu (7/6/2015).
Spiritualitas, kata Zastrow, adalah sisi terdalam agama yang bisa menembus Ketuhanan. Tanpa spiritualitas, agama tak ubahnya kumpulan dogma yang kering dan jauh dari kebutuhan manusia.
Tarekat Naqsyabandiyah, menurut Zastrow, adalah satu di antara sekian jalan spiritualitas Islam yang cukup termasyhur di Dunia. Keberadaanya memiliki garis silsilah yang jelas dengan Nabi Muhammad dan sudah memiliki jutaan pengikut. Di sana, jemaah diajarkan berzikir, menyucikan batin, mujahadah, salat, dan rangkaian amalan sunnah lainnya.
“Di Indonesia, Tarekat Naqsyabandiyah sudah ratusan tahun hidup dan masuk dalam lindungan NU,†katanya.
Menurut Zastrow, orang yang mengatakan Tarekat Naqsyabandiyah adalah sesat adalah orang yang tak memahami dimensi spiritualitas agama Islam. Mereka adalah orang-orang yang memakai nama sekadar kebutuhan formalistik.
Editor : Aries Susanto
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.