SH TERATE MADIUN : Ini Kisah Hidup Tarmadji Boedi Harsono...

SH TERATE MADIUN : Ini Kisah Hidup Tarmadji Boedi Harsono... Mendiang Ketua Dewan Pusat Persaudaraan Setia Hati (SH) Terate, Tarmadji Boedi Harsono (pshtsarolangun.blogspot.com)

     

    Tarmadji Boedi Harsono yang sejak kecil lebih suka duel satu lawan satu dipercaya menjadi ketua umum Persaudaraan Setia Hati (SH) Terate empat periode berturut-turut.

    Gabung SH Terate
    Ditolak bergabung Persaudaraan Setia Hati (SH) Terate karena usianya dinilai terlalu muda tak membuat Tarmadji Boedi Harsono mempuskan keinginan menjadi pendekar pencak silat. Mas Madji—sapaan akrabnya—justru ingin segera dewasa dan boleh turut berlatih dengan para pesilat SH Terate.

    Setahun selang peristiwa penolakan atasnya berlatih bersama SH Terate, tepatnya tahun 1959, Tarmadji bak mendapat durian runtuh. R.M. Abdullah Koesnowidjojo atau Mas Gegot—adik kandung Mas Imam, menyampaikan kabar baik. Mas Imam memperbolehkan dia ikut latihan, untuk menemani Mas Gegot. Pasalnya, Mas Gegot juga ingin sekali ikut latihan.

    Pucuk dicinta ulam pun tiba. Kabar tersebut seperti membangkitkan obsesi pendekar sakti yang sempat pupus di dalam jiwa Tarmadji. Semangatnya bangkit kembali. Batinnya berbunga-bunga.

    Tak sabar, Tarmadji bertanya kepada Mas Gegot, kapan mereka diperbolehkan mulai berlatih. Mas Gegot menyebut jadwal latihan pertama yang harus dijalani. Tapi syaratnya, mereka berdua hanya diperbolehkan menempati baris paling belakang.

    Tekun Berlatih
    Kesempatan pertama yang diberikan padanya, benar, tak disia-siakan. Hari-hari setelah diizinkan ikut latihan, jiwa Tarmadji seakan diterbangkan ke langit. Bayangan sosok pendekar dengan kesaktian yang dimiliki memformat hampir setiap langkahnya.

    Boleh dibilang, tak ada hari tanpa berobsesi dan tak ada hari tanpa latihan pencak silat. Apalagi waktu latihan saat itu belum terjadwal seperti sekarang ini. Kadang siang hari, sepulang R.M. Imam Koesoepangat kerja. Tidak jarang, latihan di malam hari hingga waktu fajar.

    Satu hal yang cukup mendukung kelancaran jadwal latihan Tarmadji, selain Mas Gegot teman akrabnya, adalah kedekatan tempat tinggalnya dengan Paviliun Kabupaten Madiun. Rumah keluarganya hanya terpaut sekitar 200 meter arah barat dari paviliun.

    Tak berlebihan, jika saban hari ia bermain di Paviliun dan setiap pukul 13.00 WIB, ia dan Mas Gegot setia menunggu kepulangan Mas Imam di beranda Paviliun. Kala itu, hari kerja pegawai negeri enam hari kerja, masuk pukul 07.00 WIB pulang pukul 14.00 WIB.

    Begitu melihat Mas Imam pulang, ia langsung menyalami dan bersabar menunggu sang pelatih makan siang. Kadang harus bersabar pula menunggu cukup lama, karena Mas Imam perlu istirahat selepas kerja.

    Berhari-hari, berbulan hingga bertahun, ketekunan dan kesabaran serupa itu dilakukannya. Obsesinya hanya satu, ia ingin menjadi pendekar Setia Hati Terate.

    Manusia Seutuhnya
    Seorang pendekar baginya adalah seseorang yang bukan saja menguasai ilmu beladiri tetapi juga mengerti hakikat kehidupan. la ingin tampil menjadi sosok manusia seutuhnya. Manusia yang cukup diperhitungkan, menjadi teladan bagi sesama. Dan,jalan itu kini mulai terbuka. Tarmadji tidak ingin menyia-nyiakannya

    Ketekunan dan kemauan kerasnya itu, menjadikan Mas Imam menaruh perhatian penuh padanya. Itu ditunjukkan dengan seringnya dia diajak mendampingi beliau melakukan tirakatan ke berbagai tempat, kendati saat itu masih siswa dan belum disyahkan.

    Dari Paviliun ini, Tarmadji kecil, selain belajar pencak silat, juga mulai menyerap ajaran tata krama pergaulan dalam lingkup kaum ningrat. Satu tatanan pergaulan kelompok bangsawan trah kadipaten pada zamannya.

    Pergaulannya dengan Mas Imam ini, membuka cakrawala baru baginya. Tarmadji yang lahir dan berangkat dari keluarga awam, sedikit demi sedikit mulai belajar tata krama rutinitas hidup kaum bangsawan. Dari tata krama bertegur sapa dengan orang yang usianya lebih tua, bertamu, makan, minum. hingga ke hal-hal yang berbau ritual, misalnya olahrasa (latihan mempertajam daya cipta) atau laku tirakat. Dalam istilah lebih ritual lagi, sering disebut sebagai tapa brata, di samping tetap tekun belajar olah kanuragan.

    Salah satu pesan yang selalu ditekankan R.M. Imam Koesoepangat setiap kali mengajak dia melakukan tirakatan adalah, “Jika kamu ingin hidup bahagia, kamu harus rajin melakukan tirakat. Disiplin mengendalikan dirimu sendiri dan jangan hanya mengejar kesenangan hidup. Nek sing mokgoleki senenge, bakal ketemu sengsarane. Kosokbaline, nek sing mokgoleki sengsarane, bakal ketemu senenge (Jika kamu hanya mengejar kesenangan kamu akan terjerumus ke lembah kesengsaraan. Sebaliknya jika kamu rajin berlatih, mengendalikan hawa nafsu tirakatan, kelak kamu akan menemukan kebahagiaan). Ingat, sepira gedhening sengsara, yen tinampa amung dadi coba (seberat apa pun kesengsaraan yang kamu jalani, jika diterima dengan lapang dada, akan membuahkan hikmah).”

    KLIK DI SINI untuk Kenangan Masa Kecil Tarmadji
    KLIK DI SINI untuk
    Inilah Cita-Cita Tarmadji Kecil
    KLIK DI SINI untuk Kisah Jaya Mas Madji Jadi Pendekar
    KLIK DI SINI untuk Kisah Jaya Mas Madji Jadi Juara
    KLIK DI SINI untuk Kisah Mas Madji dan Ke-SH-an
    KLIK DI SINI untuk Kisah Mas Madji, Pendekar Tingkat III
    KLIK DI SINI untuk Kisah Mas Madji Pimpin SH Terate
    KLIK DI SINI untuk Kunci Keberhasilan Mas Madji
    KLIK DI SINI untuk Pribadi Religius dan Sosial Mas Madji

    KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.