SH TERATE MADIUN : Ini Kisah Hidup Tarmadji Boedi Harsono...

Tarmadji Boedi Harsono tak hanya menekuni pencak silat di Persaudaraan Setia Hati (SH) Terate. Ia juga mempelajari hakekat kehidupan dengan memperdalam Ke-SH-an.
Hayati Jati Diri
Di luar ketekunannya memperdalam gerak raga, Tarmadji Boedi Harsono alias Mas Madji kian intensif memperdalam olah rasa. Hubungan dekatnya dengan R.M Imam Koesoepangat memberi kesempatan luas pada dirinya untuk memperdalam Ke-SH-an.
Jika dulu, ketika belum disyahkan menjadi pendekar tingat I, ia hanya diajak mendampingi Mas Imam saat melakukan tirakatan, sejak disyahkan sebagai pendekar ia pun mulai dibimbing untuk melakukan tirakatan sendiri. Beberapa tata cara dan tata krama laku ritual mulai diberikan, di samping bimbingan dalam menghayati jati diri di tengah-tengah rutinitas kehidupan ini.
Di pengujung tahun 1965, setamat Mas Madji dari SMA, semangatnya untuk memperdalam ilmu Setia Hati kian menggebu. Bahkan di luar perintah R.M Imam Koesoepangat, ia nekat melakukan tirakat puasa 100 hari dan hanya makan sehari satu kali.waktu matahari tenggelam (Magrib).
Ritual itu ia tempuh karena terdorong semangatnya untuk mengubah nasib. la ingin bangkit dari kemiskinan. la tidak ingin berkutat di papan terendah dalam strata kehidupan. la ingin diperhitungkan.
Tirakat Yang Cocok
Genap 70 hari ia berpuasa, R.M Imam Koesoepangat memanggilnya. Malam itu, ia diterima langsung di ruang dalem paliviun. Padahal biasanya Mas Imam hanya menerimanya di ruang depan atau pendapa. Setelah menyalaminya, Mas Imam malam itu meminta agar ia menyelesaikan puasanya.
Menurut Mas Imam, jika puasanya itu diteruskan justru akan berakibat fatal. “Dik Madji bisa gila, kalau puasanya diteruskan. Laku itu tidak cocok buat Dik Madji,†ujar Mas Imam.
“Di samping itu,†lanjut Mas Imam, “Dik Madji itu bukan saya dan saya bukan Dik Madji. Sing apik, goleka dhisik sangune urip Dik, lan aja lali golek sangune pati (carilah bekal hidup lebih dulu dan jangan lupa pula mencari bekal untuk mati).â€
Kemudian dengan bahasa isyarat (sanepan) Mas Imam memberikan petunjuk tata cara laku tirakat yang cocok bagi dirinya. “Api itu musuhnya air, Dik,†ujar Mas Imam.
Sanepan itu kemudian diterjemahkan oleh Mas Madji dalam proses perjalanan hidupnya, hingga suatu ketika ia benar-benar menemukan laku yang sesuai dengan kepribadiannya. Ia menyebut, laku tersebut sebagai proses mencari jati diri atau mengenal diri pribadi, yakni ilmu Setia Hati.
Kerja Yang Cocok
Malam itu juga, atas nasihat Mas Imam, ia mengakhiri laku tirakatnya. Pagi berikutnya, ia mulai keluar rumah dan bergaul dengan lingkungan seperti hari-hari biasanya. Enam bulan berikutnya, ia mulai mencoba mencari pekerjaan dan diterima sebagai karyawan honorer pada Koperasi TNI AD, Korem 081 Dhirotsaha Jaya Madiun. Pekerjaan ini dijalaninya hingga tahun 1971.
Ada cerita menarik seputar pengunduran diri Mas Madji dari pekerjaan sebagai karyawan di Koperasi TNI AD. Suatu hari ia dipanggil Mayor Kasmuri, salah satu petinggi Korem 081 Dhirotsaha Jaya saat itu. Setelah bertemu, perwira menengah itu malah menyuruh Mas Madji keluar dari pekerjaannya.“Kene ki dudu panggonanmu. Panggonanmu ora ning kene (Di sini bukan tampatmu. Tempatmu bukan di sini),†kata Mayor Kasmuri.
Mendengar itu semula Mas Madji kaget. Sebab, pekerjaan itu sudah lama dijalani, bahkan proses pengangkatan dia sebagai pegawai negeri (sipil AD) sudah diurus. Tinggal menunggu turun SK yang kabarnya tinggal menunggu hari.
Tapi setelah dipikir dan ditimbang, akhirnya Mas Madji menurut. Ia putuskan keluar kerja dari Korem, meski tepat di hari dia keluar SK pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil keluar juga.
“Ada dorongan kuat yang menyuruh saya keluar.Sekarang saya baru tahu, ternyata dorongan dan nasihat Mayor Kasmuri itu adalah isyarat bahwa tempat saya memang bukan di Korem, bukan sebagai pegawai negeri,†ujar Mas Madji.
Pada tahun 1972, ia berpindah kerja di Kantor Bendahara Madiun, namun hanya bertahan beberapa bulan. Mas Madji selanjutnya pindah kerja lagi di PT. Gaper Migas Madiun pada paruh tahun 1973.
Jodoh Yang Cocok
Setahun kemudian, ia menikah dengan Hj.Siti Ruwiyatun, setelah dirinya yakin bahwa honor pekerjaannya mampu untuk membina mahligai rumah tangga. Dari pemikahannya ini, beliau dikaruniai tiga orang putra, yakni Dani Primasari Narendrani,S.E (sekarang tinggal di Jogja), Drs. Bagus Rizki Dinarwan SST (tinggal di Madiun) , dan Arya Bagus Yoga Satria,SE (tinggal di Madiun).
Di tempat kerja yang baru ini, tampaknya, Mas Madji menemukan kecocokan. Orang Jawa bilang, “jodhoâ€.Terbukti, profesi tersebut membuahkan barokah. Rezekinya tambah lancar. Bahkan pada tahun 1975 ia ditunjukkan menjadi semi agen minyak tanah dan diberi keleluasaan untuk memasarkan sendiri.
Berawal dari sini, perekonomian keluarganya mulai kokoh. Sedikit demi sedikit ia mulai bisa menyisihkan penghasilannya, hingga pada tahun 1976 berhasil membeli armada truk tangki minyak tanah sendiri. Berkat keuletan dan perjuangan panjang tanpa kenal menyerah, pada tahun 1987, Mas Madji diangkat menjadi agen resmi Pertamina.
Dalam perkembangannya, ia bahkan berhasil dipercaya untuk membuka SPBU (Pom Bensin) di Beringin, Ngawi. Hingga tahun 2012, SPBU milik Mas Madji, bertambah dan bertambah lagi. Menyusul kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji, bersama pengusaha migas lainnya, dia juga mendirikan SPPBE.
Senioritas Mas Madji di bisnis migas, menjadikan rekan pengusaha lain menunjuk dia memegang jabatan di organisasi pelaku bisnis Migas. Sebut misalnya, Ketua III, DPD V Hiswana Migas dengan wilayah kerja Jawa Timur, Bali, NTT dan NTB, serta Ketua Hiswana Migas Madiun (mempertimbangkan faktor usia, jabatan ini diakhiri tahun 2012).
Tampaknya dunia wirausaha memang tepat baginya. Ini bisa dilihat lewat pengembangan sayap usahanya, yang tidak hanya berkutat di bidang migas tetapi juga merambah ke dunia telekomunikasi dengan mendirikan sejumlah warung telekomunikasi (wartel). Malahan di bidang ini, ia ditunjuk debagai Ketua APWI (Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia) untuk daerah Madiun dan sekitarnya.
Di luar kegiatan bisnisnya, Mas Madji setia mengembangkan Setia Hati Terate. Bahkan, tidak jarang ia rela mengalahkan kepentingan keluarga dan pekerjaannya demi organisasi tercinta. â€SH Terate adalah darah daging saya. la sudah menjadi bagian dari hidup saya,†ujar Tarmadji Boedi Harsono kala dipercaya menjadi ketua umum SH Terate Pusat di Madiun.
KLIK DI SINI untuk Kenangan Masa Kecil Tarmadji
KLIK DI SINI untuk Inilah Cita-Cita Tarmadji Kecil
KLIK DI SINI untuk Kisah Mas Madji Gabung SH Terate
KLIK DI SINI untuk Kisah Jaya Mas Madji Jadi Pendekar
KLIK DI SINI untuk Kisah Jaya Mas Madji Jadi Juara
KLIK DI SINI untuk Kisah Mas Madji, Pendekar Tingkat III
KLIK DI SINI untuk Kisah Mas Madji Pimpin SH Terate
KLIK DI SINI untuk Kunci Keberhasilan Mas Madji
KLIK DI SINI untuk Pribadi Religius dan Sosial Mas Madji
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya
Editor : Rahmat Wibisono
Baca Juga
- Gudangnya Pesilat, Ini 11 Perguruan Pencak Silat Asli Jawa Timur
- Ulama Madiun Kiai Makruf Nawawi Meningga, Ribuan Orang Iringi Pemakaman di Sewulan Madiun
- Buka Rangkaian Peringatan Hari Jadi Ke-104, Pemkot Madiun Gelar Sarasehan Budaya Pencak Silat
- Berita Duka, Henry Boomerang Sempat Rencanakan Project Musik sebelum Berpulang
- Dua Mahasiswa Meninggal, UIN Malang Bubarkan UKM Pagar Nusa
- Innalillahi…Ketua DPP PPP Habib Hasan Mulachela Berpulang
- 2 Mahasiswa UIN Malang Peserta Diklat Silat Meninggal, 31 Panitia Diperiksa
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.