Status Siaga Bencana Bojonegoro Dicabut Akhir Maret 2018

Status Siaga Bencana Bojonegoro Dicabut Akhir Maret 2018 Banjir Bengawan Solo di Bojonegoro. (JIBI/Solopos/Antara/Slamet Agus Sudarmojo)

    Intensitas hujan menurun sehingga status siaga bencana di Bojonegoro segera dicabut.

    Madiunpos.com, BOJONEGORO -- Status siaga bencana yang diberlakukan di wilayah Kabupaten Bojonegoro sejak 1 Januari 2018 akan berakhir akhir Maret 2018. Hal itu karena curah hujan sudah menurun sehingga potensi bencana berkurang.

    Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro M.Z. Budi Mulyono, di Bojonegoro, Sabtu (24/3/2018), menyebutkan penetapan status bencana dikeluarkan Bupati Bojonegoro Suyoto, dengan mempertimbangan curah hujan selama musim hujan tinggi berpotensi menimbulkan bencana.

    Bencana tersebut meliputi banjir luapan Bengawan Solo, banjir bandang, dan tanah longsor.

    Budi Mulyono menjelaskan sesuai prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, curah hujan Maret tertinggi mencapai 401 milimeter berpotensi menimbulkan bencana banjir, juga tanah longsor.

    "Tapi prakiraan curah hujan selama April sudah turun tidak berpotensi menimbulkan bencana," ujar dia.

    Sesuai data di BPBD Bojonegoro, kerugian dalam tiga kali banjir luapan Bengawan Solo di daerah setempat termasuk dalam dua kali kejadian banjir bandang mencapai Rp13,1 miliar.

    Banjir luapan Bengawan Solo terjadi dalam kurun waktu Januari sampai 14 Maret 2018 yang melanda 96 desa di 12 kecamatan.

    Daerah yang dilanda banjir luapan Bengawan Solo antara lain Kecamatan Kota, Dander, Balen, Kanor dan Baureno, dan kecamatan lainnya. Banjir dari sungai terpanjang di Jawa itu merendam tanaman padi seluas 1.582 hektare dan palawija 299 hektare.

    Warga terdampak luapan Bengawan Solo sebanyak 3.165 kepala keluarga (KK). Selain itu, banjir juga merendam jalan paving di desa sepanjang 41,3 kilometer dan jalan kabupaten sekitar 7 kilometer.

    Selain itu banjir bandang terjadi dua kali dalam kurun waktu Januari-22 Februari 2018 melanda 26 desa di Kecamatan Temayang, Gondang, Dander, Balen, Bubulan, dan Sukosewu. Banjir merusak tanaman padi seluas 363 hektare, dan palawija 59 hektare selain merusak sejumlah jembatan desa.

    Warga terdampak di daerah banjir bandang tercatat 4.254 KK. Selain itu banjir bandang juga merendam jalan desa.

    Data di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro menyebutkan ketinggian air di taman Bengawan Solo (TBS) di Bojonegoro jauh di bawah siaga banjir hanya 8,60 meter.

    "Kondisi Bengawan Solo di hulu, Jawa Tengah, juga hilir Jawa Timur, aman tidak terjadi banjir," ujar Petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro Budi Indro.



    Editor : Rohmah Ermawati

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.