APBD BOJONEGORO 2016 : DBH Migas Bojonegoro Terancam Susut hingga Rp400 Miliar

APBD BOJONEGORO 2016 : DBH Migas Bojonegoro Terancam Susut hingga Rp400 Miliar Ilustrasi menghitung uang. (JIBI/Solopos/Dok.)

    APBD Bojonegoro 2016 terkait DBH migas terancam berkurang.

    Madiunpos.com, BOJONEGORO - Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, terancam kehilangan pendapatan Rp400 miliar dari perolehan dana bagi hasil (DBH) migas, kalau harga minyak dunia diasumsikan US$30 per barel.

    Untuk diketahui, dalam APBD 2016 Kabupaten Bojonegoro, perolehan DBH migas ditetapkan sebesar Rp1,385 triliun.

    Kepala Dinas Pendapatan Daerah Pemkab Bojonegoro Hery Sudjarwo menjelaskan Menteri Keuangan sudah memberitahu ke daerah yang intinya asumsi harga minyak dunia akan diturunkan US$30-US$40 dolar Amerika Serikat per barel.

    "Penurunan asumsi harga minyak dunia di dalam APBN dilakukan, karena harga minyak dunia cenderung turun," kata dia di Bojonegoro, Selasa (10/5/2016).

    Padahal, katanya, Pemerintah sudah menetapkan asumsi harga minyak dunia di dalam APBN 2016 sebesar US$50 per barel.

    "Kalau Pemerintah menetapkan asumsi harga minyak dunia di dalam APBN Perubahan sekitar 30 dolar Amerika Serikat per barel, maka perolehan DBH migas daerah kami bisa berkurang sekitar Rp400 miliar," beber dia.

    Namun kalau Pemerintah menurunkan asumsi harga minyak dunia menjadi US$35 per barel, perolehan DBH migas Bojonegoro akan turun sekitar Rp300 miliar.

    Sedangkan jika asumsi harga minyak dunia hanya diturunkan menjadi US$40 per barel, maka penurunan perolehan DBH migas daerahnya hanya sekitar Rp200 miliar.

    "Kami masih menunggu Pemerintah menetapkan asumsi harga minyak dunia di dalam APBN Perubahan, sebagai dasar untuk melakukan revisi alokasi anggaran di dalam APBD 2016," kata Hery.

    Ia menjelaskan target perolehan DBH migas di dalam APBD 2016 sebesar Rp1,38 triliun itu dengan memperhitungkan produksi minyak di daerahnya mencapai 195.000 barel per hari.

    Produksi minyak itu dihasilkan dari lapangan Banyuurip Blok Cepu sebesar 165.000 barel per hari. Lainnya, dari produksi minyak lapangan Sukowati, yang dikelola Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina East Java (PPEJ) dan lapangan Tiung Biru (TBR) dan lapangan sumur minyak tua.

    "Target produksi puncak minyak Blok Cepu, rata-rata sebesar 205.000 barel per hari tidak bisa direalisasikan," ungkap dia.

    Ia memberikan gambaran pengurangan alokasi anggaran di dalam APBD akan dilakukan untuk pos pembangunan yang masih bisa ditunda pelaksanaannya, misalnya pembangunan jembatan Bengawan Solo.



    Editor : Rohmah Ermawati

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.